Fenomena Mengerikan di Gunung Kawi, Pesugihan yang Dibayar dengan Nyawa

Fenomena Mengerikan di Gunung Kawi, Pesugihan yang Dibayar dengan Nyawa

Mahasiswa Universitas Brawijaya melakukan sebuah penelitian mengenai fenomena yang ada di Gunung Kawi. Di sana, terkenal dengan pesugihan yang membuat para pelakunya menjadi sakit jiwa. 

Para mahasiswa yang melakukan penelitian tersebut terdiri dari 5 orang peserta. Mereka merupakan mahasiswa dari Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Tujuan dari penelitian mereka itu sendiri adalah untuk mencari tahu antara hubungan praktik mistisme dengan gangguan mental yang dikenal dengan sebutan skizofrenia psikosis.

Salah satu mahasiswa bernama Harun, mengaku tertarik dengan fenomena tersebut. Ia kerap mendapatkan info praktik pesugihan dimana para pelakunya akan diminta untuk memberikan tumbal.

"Berdasarkan artikel-artikel yang ada di internet, beberapa menyebutkan bahwa dalam praktik pesugihan tersebut terdapat syarat khusus yang dikenal dengan adanya tumbal," ujar Harun saat berbincang dengan detikJatim, Sabtu (7/10/2023).

"Dari situ kami merasa penasaran terhadap kebenarannya, terutama terhadap kondisi pelaku pesugihan apabila harus mengorbankan orang di sekitarnya," dia menambahkan.

Harun juga ingin mencari tahu apakah pelaku ritual punya kecemasan soal syarat tumbal yang ia dapatkan sehingga bisa membuatnya mengalami gangguan jiwa.

"Kami menduga bahwa pelaku pesugihan akan merasa hidupnya tidak tenang, sehingga mengalami kecenderungan mental disorder," ujar dia.

Mereka meneliti dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan yang pernah melakukan ritual. Banyak hasil yang menyatakan jika para pelaku memiliki pengalaman tak biasa. Seperti mendengar suara hingga melihat sosok-sosok seram.

"Dari beberapa informan yang diwawancarai belum dapat divalidasi untuk adanya tumbal manusia," kata dia.

Ilustrasi Gunung Kawi (via detik)

Itu sebabnya, tim Harun menyimpulkan jika praktik pesugihan di Gunung Kawi diartikan sebagai pengorbanan antara harta dan nyawa. 

Masing-masing pelaku biasanya akan mendapatkan prosesi ritual berbeda, tergantun apa tujuan dan motif dari ritual itu sendiri.

Dalam observasi dan wawancara, informan yang ditemui tim Artha Kawi mengungkapkan bahwa setiap individu akan ditanya terkait keinginan atau tujuan ritual. Misalkan meminta kekayaan maka mereka harus memenuhi syarat yang disampaikan oleh pembimbingnya.

Apabila dalam waktu satu tahun harapan mereka terkabul maka pelaku ritual harus menggelar selamatan sebagai bentuk pengorbanan. Biasanya ritual yang dilakukan pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro.

"Jadi yang minta kekayaan itu diminta itu ya. Kekayaan itu ditanya, kamu mau apa, tapi ya diminta imbalannya. Nanti kalau misalnya kamu satu tahun bisa kaya, itu diminta tiap tahun. Kalau nggak masuk ya kita yang meninggal. Dari keluarganya, kalau nggak keponakan," kata Harun mengutip hasil wawancara tim dengan R, pelaku ritual berusia 78 tahun asal Lumajang.

Harun mengatakan tumbal atau pengorbanan bagi pelaku ritual pesugihan Gunung Kawi wajib dilakukan sekali dalam satu tahun.

"Kebanyakan para pelaku ritual yang berasal dari luar Gunung Kawi. Mereka datang ke Keraton Gunung Kawi pada malam Jumat Legi atau malam 1 Suro dan Hari Raya Idul Fitri," kata dia.

Ilustrasi Gunung Kawi (via detik)