Katak umumnya berukuran kecil, sekepalan tangan anak-anak atau orang dewasa. Namun siapa sangka, di Indonesia, khususnya di Enrekang Sulsel terdapat katak raksasa seukuran bayi manusia yang disebut Todan.
Tak hanya punya ukuran fantastis, katak ini dipercaya punya hubungan dengan leluhur di masa lalu. Wah benarkah?
Simak artikel ini sampai akhir yuk!
Metamorfosis katak (moondoggiesmusic.com)
# Ukuran Mirip Bayi Manusia
Sebagai katak raksasa, Todan memiliki ukuran yang hampir sama dengan bayi manusia. Beratnya berkisar 1,5kg hingga 2 kg.
Usut punya usut, katak itu sendiri sering diberi nama Todan oleh warga setempat dan dulu sering ditemui di daerah sekitar gunung dan hutan. Bukan hanya satu, bahkan dalam musim tertentu katak ini bisa banyak ditemui dan ukurannya memang terlihat lebih besar dari pada katak lainnya.
Besarnya ukuran katak Todan yang seukuran bayi manusia (mongabay.co.id)
# Bukti Keanekaragaman Fauna di Indonesia
Katak raksasa Todan ini membuktikan bahwa kekayaan fauna di Indonesia yang memang patut diakui. Mengutip LIPI, Todan sebenarnya merupakan jenis "limnonectes grunniens" yang memang terkenal besar. Mereka memakan apapun yang ada di atas tanah, mulai dari belalang, semut, hingga yang paling ekstrim seperti tikus.
Konon, ukuran super dari katak ini dipercaya warga setempat berhubungan dengan leluhurnya. Katak-katak purba ternyata diketahui juga memiliki ukuran yang jumbo, bahkan lebih besar dari Todan ini.
Diperkirakan ada katak yang mungkin lebih besar lagi di daerah di Enrekang sana yang jauh dari kehidupan manusia.
Katak Todan yang hampir punah (wikimedan.com)
# Dikonsumsi Warga Sekitar
Layaknya katak sawah yang sering dimasak swike dan dimakan oleh warga non muslim. Begitu juga Todan yang berukuran jumbo ini.
Pasalnya, ternyata katak ini juga dikonsumsi oleh warga sekitar. Karena ukurannya yang besar, dagingnya pun melimpah layaknya ayam. Katak ini biasanya diburu oleh anak muda di habitatnya untuk diolah.
Todan biasa digoreng atau direbus dan dijadikan olahan makanan. Namun ada pula yang mengonsumsi Todan sebagai pelengkap untuk minum tuak, karena punya cita rasa tersendiri. Setelah di unggah di media sosial, banyak kolektor dari luar Sulawesi yang tertarik dengan katak ini, bahkan banyak dari mereka yang rela menawar dengan jumlah mahal.
Sayangnya, karena banyak yang memburunya untuk dikonsumsi, katak ini sekarang jadi langka. Apalagi tingkat produksi katak ini yang sangat rendah.
Huhuhu, problem manusia dari dulu banget ya. Serakah!