Miris! Pria Ini Bunuh Diri Cuma Karena Malu Anaknya Masih Jomblo

Miris! Pria Ini Bunuh Diri Cuma Karena Malu Anaknya Masih Jomblo

Seorang pria di China viral karena mencoba untuk melakukan bunuh diri lantaran malu anaknya yang belum menikah.

 

Pria berusia 55 tahun itu dilaporkan telah membuat wasiat kepada seorang penjaga di Stasiun Railway Shanghai dan mengaku telah overdosis obat-obatan. Tak lama setelahnya, ia jatuh pingsan.

 

Dilansir dari Insider, surat kematian itu ditujukan untuk putranya. Surat itu berisikan curhatan dirinya yang tak mau merasa malu seumur hidupnya karena anaknya yang berusia 29 tahun masih belum juga menikah.

 

"Orang-orang seumuranku di desa semuanya sudah punya anak dan cucu... tapi kamu sudah 29 tahun dan belum meraih apa-apa," tulisnya.

 

Untung saja, percobaan bunuh dirinya itu digagalkan. Pria paruh baya itu berhasil diselamatkan dan kini tengah mendapat perawatan intensif di rumah sakit.

 

Kasusnya pun menjadi viral dan menimbulkan keprihatinan masyarakat dalam melihat isu tekanan kaum muda di China untuk segera berumah tangga. Tak hanya pada kalangan muda saja, orang tua mereka juga punya kewajiban untuk membesarkan anak-anaknya dengan baik.

 

Ilustrasi pria frustasi (pexels.com)

 

Selain itu, para orang tua di sana juga dituntut untuk memberikan pendidikan yang terbaik, lalu menikahkan anak-anak mereka serta merintiskan bisnis yang menguntungkan. Jika hal-hal itu sudah terpenuhi, maka kedua orang tuanya bisa dianggap berhasil menyelesaikan misi.

 

Budaya China memang memiliki tekanan tinggi terkait pernikahan. Masyarakat di sana selalu menekankan untuk menikah sebelum usia 30 tahun. Itu sebabnya, banyak para orang tua yang memaksa anak-anak mereka untuk merencanakan pernikahan hingga melakukan kencan buta.

 

Bahkan, para wanita yang belum menikah di usia ke 27 tahun akan dianggap sebagai wanita sisaan. Sedangkan para pria akan didorong untuk berkeluarga secepat mungkin karena menjadi tumpuan harapan untuk meneruskan garis keturunan keluarga.

 

"Pernikahan juga jadi penanda penting dalam pendewasaan sosial dan kesuksesan perorangan. Harga rumah yang tinggi di China dan ekspektasi bahwa pria lah yang memenuhi sebagian besar kebutuhan rumah tangga, pernikahan mengindikasikan bahwa pria tersebut sudah siap secara sosial maupun finansial," jelas Dr. Mu Zheng, seorang pakar sosiologi di National University of Singapore.

 

Ilustrasi pria sedih (pexels.com)