Stop Labeling Negatif Janda! Mereka Manusia Biasa yang Juga Layak Dihormati

Stop Labeling Negatif Janda! Mereka Manusia Biasa yang Juga Layak Dihormati

Janda adalah istilah bahasa Indonesia yang mencakup wanita yang ditinggal mati dan yang cerai dengan suami. Karena tidak lagi berada dalam perkawinan heteroseksual dan tidak memiliki pasangan laki-laki, janda telah kehilangan status ibu yang dihormati dan dianggap tersedia untuk laki-laki lain. Status janda juga kerap dipandang negatif oleh orang lain.

Karena stigma negatif ini, banyak janda yang kemudian harus menjalani kehidupan genting yang terpinggirkan dalam komunitas mereka.

# Stereotip Ibu versus Janda

Lalu, sebenarnya bagaimana asal mula stigma tersebut muncul?

Ternyata ketika diteliti, hal ini dimulai sejak zaman Soeharto. Sejak Orde Baru (1966-1998), juga setelahnya, negara telah menumbuhkan cita-cita feminitas berdasarkan citra ibu: perempuan harus mematuhi kodrat biologisnya sebagai istri dan ibu yang peduli.

Ideologi gender eksplisit ini menekankan pernikahan heteroseksual yang setia. Bagi seorang wanita, menjadi seorang istri dan ibu adalah cara untuk berkontribusi pada masyarakat. Bekerja dan menghasilkan uang dapat diterima asalkan tidak mengganggu harapan utama tersebut.

Ideologi negara ini pada prinsipnya dikomunikasikan pada Hari Ibu dan Hari Kartini, ketika masyarakat Indonesia memperingati pahlawan pemberdayaan perempuan mereka – Raden Ajeng Kartini.

Sebuah literatur feminis besar, baik dari dalam Indonesia maupun oleh pengamat asing, mengkritik citra ibu yang dibangun oleh negara ini.

Artis yang lama menjanda (kapanlagi.com)

Kritik utama adalah bahwa kelompok perempuan yang didukung negara seperti Dharma Wanita (organisasi istri pegawai negeri) memperkuat paradigma resmi peran utama perempuan sebagai berada di ranah domestik daripada menjadi warga negara yang setara yang mampu berkontribusi di ranah publik.

Wacana resmi tidak mempromosikan citra janda. Tetapi citra itu lazim dalam budaya populer dan ini memengaruhi kehidupan janda mati dan cerai yang sebenarnya.

Khususnya jika muda dan menarik, janda dianggap promiscuous dan mesum. Laki-laki berfantasi tentang janda, sementara perempuan yang sudah menikah takut janda akan menyesatkan suami mereka. Budaya populer dan gosip pribadi mereproduksi citra ini, yang mengarah pada pengucilan dan stigma di kehidupan nyata.

Ibu-ibu Dharmawanita (esdm.go.id)

Yuk, mulai sekarang jangan punya pandangan negatif soal janda. Atau, ikut mengingatkan orang lain yang punya pandangan buruk ini, biar berhenti menghakimi.

Lebih baik urus-urusan diri sendiri aja deh!

Para single mom yang tetap berkarya dan positif di tengah stigma negatif tentangnya (lifestyle.okezone.com)