Sejarah Tiongkok adalah salah satu sejarah kebudayaan tertua di dunia yang selalu menarik untuk dibahas. Tidak terkecuali tentang kehidupan intim di masa tersebut. Ternyata kehidupan ranjang di zaman Tiongkok kuno terbilang cukup liar. Pasalnya, rumah bordil di Tiongkok kuno benar-benar legal.
Bisnis prostitusi terdaftar secara resmi sebagai bisnis pembayar pajak. Bahkan pada abad ke-14, baik pelacur maupun klien adalah anggota masyarakat yang dihormati dan tidak ada stigma sosial di sekitarnya. Pelacur laki-laki dan perempuan juga bebas melakukan bisnisnya.
Tidak hanya masyarakat yang bisa menikmatinya. Para bangsawan bahkan punya tempat tidur sendiri yang dibuat khusus dalam rumah bordil. Salah satunya putri Dinasti Sung yakni Shan-Yi, yang disebut punya kamar pribadi di tempat prostitusi yang mampu menampung 30 pria untuk menyenangkannya.
Selain itu, pria lokal juga terbiasa meminjamkan istri mereka pada pengunjung dan pelancong yang singgah di daerahnya. Mereka pun sangat menghormati para pelancong. Para warga bahkan menganggap pelancong sebagai dewa.
Masyarakat lokal percaya dengan membiarkan pelancong tidur dengan istri mereka, maka hal itu akan membawa darah baru dalam keluarga dan itu adalah tanda masa depan yang lebih baik untuk kehidupannya.
Tidak hanya warganya, seorang kaisar China kuno di abad ke-11 juga boleh memiliki 121 gundik atau selir 'siap pakai. Pada Dinasti Sui, beberapa kaisar percaya bahwa mereka bisa mendapatkan keabadian dengan berhubungan badan dengan sebanyak mungkin wanita tanpa ejakulasi.
Ilustrasi Kaisar dan Selir (Pikiran Rakyat)
Kaisar Wu merupakan salah satu yang menghabiskan hidupnya untuk ini. Selain itu, kaisar di Tiongkok kuno juga punya jadwal berhubungan badan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan mereka harus mengelola petualangan seks mereka yang konstan dengan ribuan wanita atau selir.
Mislanya, Kaisar Sui Yang To memiliki, satu ratu utama, dua wakil ratu, enam permaisuri, 72 nyonya, dan 3.000 gadis istana. Hal ini tidak mengherankan karena Masyarakat Cina di era tersebut mengagungkan hubungan seksual sebagai proses menerima dan memberi energi kehidupan (Yin dan Yang).
Ilustrasi Wanita Tiongkok Kuno (Tribun Makassar)