Bikin Takjub! Kesaksian Yang Jadi Bukti Kewalian Gus Dur, Ada Di 2 Tempat Berbeda Dalam Waktu Bersamaan

Kesaksian tentang bukti kewalian Gus Dur yang bisa ada di dua tempat berbeda dalam waktu yang bersamaan.

Presiden ke-4 Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau yang lebih akrab disapa Gus Dur memang dikenal punya banyak keistimewaan yang sampai sekarang masih membuat orang takjub. Gus Dur kerap disebut sebagai salah satu Wali Allah yang ada di Indonesia setelah Walisongo. 

Memang secara nasab, Gus Dur sendiri masih turunan dari Walisongo dan pernah dipanggil cucu oleh Sunan Gunung Jati. Gus Dur merupakan anak dari pahlawan nasional Abdul Wahid Hasyim dan juga cucu dari Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

Bukti kewalian Gus Dur sendiri sering dikemukakan oleh orang-orang dekatnya baik di waktu Gus Dur masih hidup maupun ketika sudah wafat. Salah satu cerita paling terkenal dialami oleh Priyo Sambadha, ajudan Gus Dur saat masih menjabat sebagai presiden.

Cerita berawal saat Gus Dur yang memang punya kebiasaan salat Jum'at berpindah-pindah masjid, tergantung dimana posisi beliau sedang berada. Biasanya, setelah salat Jum'at berlangsung, beliau akan melanjutkan dialog bebas pada masyarakat sekitar.

Suatu hari, Gus Dur berada di istana, secara otomatis beliau akan menunaikan salat Jumat di masjid istana. Namun Priyo Sambadha tidak mendampinginya karena mendapat shaf paling belakang. Dia pun melihat banyak Paspampres berjaga yang artinya Presiden Gus Dur sudah ada di dalam masjid.

Beberapa saat kemudian datang pak Warno, karyawan yang sudah puluhan tahun mengabdi di istana presiden. Pak Warno tampak terkejut dan bingung saat Priyo mengatakan presiden sudah ada di masjid. Ternyata, pak Warno batu saja menyajikan teh manis di ruang kerja Gus Dur sebelum ke masjid.

Gus Dur (tvOneNews)

Secara logika, tidak mungkin Gus Dur yang barusan meminta disajikan minum teh, sedangkan beliau sudah sedari tadi mengisi Khutbah Jum'at. Kesaksian lain diungkap oleh tokoh NU Jakarta Utara, KH. Miftakhul Falah. Dia menceritakan di tahun 1994, Gus Dur sedang dirawat di RSUD Koja, Jakarta Utara.

Ketika itu, seorang anggota Banser mendapat perintah dari komandannya untuk menjaga Gus Dur di ruang perawatan. Sampai akhirnya, Gus Dur yang sempat tertidur terbangun dan mengajak anggota tersebut berziarah ke makam Habib Husein Al-Haddad.

Lokasi pemakaman itu sendiri letaknya sekitar 400 meter dari tempat Gus Dur dirawat. Setelah ziarah, banser tersebut mengantar Gus Dur kembali ke ruangannya. Setelah Gus Dur tertidur, banser tersebut keluar dari ruangan dan melihat komandannya sudah ada di kursi tunggu.

Gus Dur (Terkini.id)

Dengan kesal, komandan itu membentak anggotanya karena tidak menjaga Gus Dur dengan baik. Anggota banser itu kemudian menjelaskan kalau dia baru saja mengantar Gus Dur berziarah. Ternyata, disaat yang bersamaan sang komandan melihat Gus Dur masih tertidur. Padahal sang anggota juga merasa dirinya pergi dengan membopong Gus Dur yang masih lemah.

Sementara itu, penulis Maman Suherman juga mengaku pernah hampir dipecat dari Gramedia karena dikira mewawancarai fiktif Gus Dur. Hal ini bermula saat Maman berhasil mewawancara Gus Dur di jam Salat Jumat. Dia mengaku ngobrol secara langsung dengan Gus Dur. 

Tapi setelahnya, Maman Suherman bertanya kenapa Gus Dur tidak salat Jumat. Namun Gus Dur mengatakan dirinya salat. Sesampainya di kantor Gramedia, ada satu orang lainnya yang juga mengaku berhasil mewawancarai Gus Dur. Orang tersebut mengatakan dirinya menemani Gus Dur salat Jumat di masjid. Padahal ketika itu, Maman juga sedang bersama Gus Dur.

Gus Dur (Detikcom)