Sebelum gugur, penyelam Syahrul Anto (48) sempat memberikan pesan terakhirnya kepada sang istri, Lian Kurniawati (39). Lian mengaku sempat berkomunikasi lewat aplikasi WhatsApp. Pesan terakhir yang disampaikan Syahrul merupakan untaian puisi untuk istrinya.
Lian mengaku tidak punya firasat apa-apa sebelum suaminya meninggal. Lian pun sempat menanyakan kabar Syahrul dalam komunikasi terakhirnya itu.
Dalam percakapan tersebut, Syahrul mengirim tulisan panjang. Isinya adalah puisi yang ia beri judul "Takdir". Lian mengatakan kontak terakhirnya dengan sang suami karena memang setiap hari suaminya menyelam dua kali, pagi dan sore.
Lian menambahkan, sebagaimana dikutip dari Detik.com, dalam pesan tersebut, ia menulis perasaannya mengenai banyaknya korban dan kematian. Lian tentu tak menyadari bahwa percayakapan terakhirnya bersama sang suami sebagai firasat. Berikut pesan terakhir suaminya:
Lian Kurniawati, istri Syahrul Anto (tribunnews.com)
"Pagi itu, satu demi satu penumpang mendekat ke pintu keberangkatan di Soekarno Hatta. Petugas check in menyambut mereka dengan senyum.
Sekitar 180 orang mendekati takdirnya. Ada yang tertinggal karena macet di jalan, ada yang pindah ke pesawat lebih awal karena ingin cepat sampai. Dan ada juga yang batal karena ada urusan lain yang tiba-tiba.
Tak ada yang tertukar. Allah menyeleksi dengan perhitungan yang tak pernah salah. Mereka ditakdirkan dalam suatu janjian berjamaah. Takdirnya seperti itu tanpa dibedakan usia, proses pembelian tiket, check in, terbang dan sampai akhir perjalanan hari ini, hanya sebuah proses untuk jalan pulang, menjumpai Allah yang tertulis di Lauhul Mahfuz.
Sebuah catatan yang tidak pernah kita lihat, tapi kita jumpai. Takdir sangatlah rapih tersusun, kehendak Allah tak terjangkau dengan akal manusia. Allahu Akbar.
Lalu, kapan giliran kita pergi? Hanya Allah yang tahu. Kesadaran iman kita berkata Bersiap setiap saat. Kapanpun dan dalam keadaan apapun. Mari kita benahi ketaqwaan kita untuk bekal pulang ke kampung abadi. Hanya itu jalan terbaik".
Syahrul Anto (Twitter @zoelfick)
Sementara, dikutip dari Liputan6.com, penyelam Syahrul Anto meninggal dunia akibat dekompresi. Penyebab meninggal tersebut diumumkan oleh Dansatgas SAR Kolonel Laut (P) Isswarto.
"Diduga dekompresi karena tekanan, bekerja tidak tahu waktu, harusnya naiknya pelan-pelan, lima meter berhenti dulu, sampai muncul ke permukaan, dia mungkin langsung," kata Isswarto.
Penyelam Syahrul Anto saat bertugas (Twitter @sijadaeng)
Isswarto juga menjelaskan bahwa seharusnya penyelaman pencarian korban Lion Air berakhir pukul 16.00 WIB. Sebab, kondisi gelap dan cuaca pun kurang bersahabat. Nyatanya, korban saat itu masih berada di bawah laut hingga pukul 16.30 WIB.
Isswarto menambahkan bahwa korban merupakan warga sipil, seorang penyelam Basarnas. Ia merupakan seorang penyelam Potensi SAR dari Indonesia Diving Rescue Team (IDRT).
Kesedihan Lian setelah mengetahui suaminya meninggal saat bertugas (medcom.id)
Semasa hidupnya, Syahrul dikenal sebagai pria dengan jiwa sosial yang tinggi. Jenazahnya kemudian dievakuasi menggunakan Kapal Teluk Bajau Victory ke Posko Basarnas sebelum diterbangkan ke Surabaya pada Sabtu (3/11/2018) pagi kemarin.
Evakuasi jenazah Syahrul setelah alami dekompresi (Twitter @Harian_Jogja)