Aneh Bin Ajaib! SD Ini Cuma Punya Satu Murid Baru, Kok Bisa Ya?

Aneh Bin Ajaib! SD Ini Cuma Punya Satu Murid Baru, Kok Bisa Ya?

Tahun pelajaran baru 2022-2023 sudah dimulai. Banyak anak sekolah  yang naik jenjang dari TK menuju SD. Biasanya di tahun ajaran baru banyak anak-anak yang jadi murid baru di kelas 1 SD. Namun berbeda dengan SD Sriwedari 197 Solo, Jawa Tengah. Sekolah itu malah hanya menerima dua murid baru saja. Kok bisa sih?

Dilansir dari Kompas.com, nama siswa kelas 1 di sekolah itu bernama Azzam. Azzam masuk sekolah pada 11 Juli 2022 silam. Sebenarnya ada satu lagi siswa kelas 1 yang jadi teman Azzam, namun siswa tersebut belum jelas kapan masuk di sekolah.

Ruang kelas Azzam sangat sepi karena hanya dia yang menjadi siswa di kelas 1 SD. Azzam hanya ditemani seorang guru bernama Diyan Alfian. Di hari pertama masuk, Azzam dikenalkan dengan lingkungan sekolah. Azzam belum belajar, juga hanya melakukan perkenalan dengan guru-guru di sekolah. Jika sekolah lain mungkin ada sesi perkenalan siswa baru, berbeda dengan yang terjadi di SD yang berada di kawasan strategis Solo.

SD negeri ini menjadi satu dari 152 sekolah di Solo yang ternyata memiliki kekurangan peserta didik yang baru di tahun pelajaran 2022-2023. Dari 28 kursi yang disediakan di kelas 1 SD, hanya terisi dua orang. Kepala sekolah, Bambang Suryoriyadi menduga berkurangnya jumlah pendaftar di sekolah karena beberapa faktor.

Mulai dari warga sekitar sekolah yang banyak sudah pindah ke tempat lain, sehingga tidak akan memasukkan anaknya ke sekolah tersebut. Belum lagi di dekat lokasi sekolah jarang terdapat pemukiman karena malah banyak bangunan baru seperti perkantoran, hotel, dan gedung olahraga.

“Penduduknya sudah berkurang dan apalagi ada sistem zonasi. Kelurahan Sriwedari bagian utara sebenarnya masuk Sriwedari, tapi banyak orangtua ke sini karena takut menyebarang jalan Slamet Riyadi,” kata Bambang. Jalan Slamet Riyadi adalah jalan terkenal di Solo yang lalu lintasnya ramai.

SD Ini Cuma Punya Satu Murid Baru, Kok Bisa Ya (Kompas.com)

Bambang pun menilai ada beberapa faktor lain yang membuat sekolah yang ia pimpin jadi tidak laku. Banyak orangtua di Solo yang memiliki memasukkan anaknya di SD swasta. Memang biaya sekolah pasti lebih mahal tetapi disana terdapat fasilitas dan kurikulum yang berbeda dengan sekolah negeri.

Belum lagi SD swasta lebih dulu menjaring calon-calon siswa SD baru karena membuka pendaftaran sejak beberapa bulan lalu. Biasanya justru sekolah negeri dipilih jadi alternatif terakhir jika si orangtua tidak jadi memasukkan anaknya ke sekolah swasta.

SD Ini Cuma Punya Satu Murid Baru, Kok Bisa Ya (Suara Surakarta)