Kisah Petani yang Rayakan Ulang Tahun di Tanah Suci, Terharu Sekaligus Gak Percaya Bisa Naik Haji Padahal Dulunya Salat Bolong-Bolong

Kisah Petani yang Rayakan Ulang Tahun di Tanah Suci, Terharu Sekaligus Gak Percaya Bisa Naik Haji Padahal Dulunya Salat Bolong-Bolong

Salah seorang jemaah haji asal Kabupaten Pati bernama Sonaun punya kisah menarik perihal keberangkatannya ke tanah suci. Pasalnya, tanggal 10 Juni 2022 nanti, ia akan merayakan ulang tahunnya yang ke-57 di Madinah, Arab Saudi.

Tak hanya itu, ia juga merasa masih tak percaya kalau pada akhirnya ia bisa naik haji. Padahal petani yang sekaligus warga Desa Brati, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini dulunya tak taat beragama.

# Satu-Satunya Jamaah Haji dari Desa Brati

Sonaun adalah satu-satunya jamaah haji yang berasal dari Desa Brati. Ikthiar ia dan istri, Kusriwati bekerja mengelola toko kelontong miliknya berhasil mengantarkan Sonaun berangkat ke tanah suci.

"Hasil tani saya ditabung. Kebutuhan hidup sehari-hari dari istri yang pedagang kelontong," terang bapak tiga anak dan dua cucu ini.

Sonaun bercerita, dirinya mendaftar haji tahun 2011 dengan total setoran untuk suami-istri sebesar 50 juta. "Beruntung sekali istri saya itu jualan, jadi saya bisa nabung," ujarnya.

Pembayaran haji dilunasi pada tahun 2020 sebelum adanya kebijakan untuk membatalkan keberangkatan dikarenakan pandemi Covid-19 mengguncang Tanah Air. Suami istri membayar masing-masing 11. 250.000 rupiah. Biaya haji total Rp36,3 juta.  

# Bukan Golongan Petani Kecil

Sonaun bukan tergolong petani kecil karena menggarap lahan seluas 5 hektare dengan padi dan jagung.

"Pernah menanam bawang tapi gagal, harganya anjlok. Setelah itu, saya tanami padi dan jagung terus."

Sonaun termasuk petani yang beruntung, karena 1 hektar sawah dari 5 hektar digarap punya sendiri.

"Yang setengah hektar warisan orang tua, setengahnya lagi saya beli sendiri, dari jual sapi pejantan tiga ekor, gemuk-gemuk. Awal tahuan 1990an, saya jual 2 juta dan hasilnya dibelikan sawah setengah hektar," ungkapnya.

Sonaun mengaku penghasilannya dari dunia pertanian selama setahun sekitar Rp250 juta: keuntungan Rp100 juta, biaya produksinya Rp150 juta. "Penghasilan saya Rp250 juta setahun itu rata-rata ya, jika sedang panen bagus dan harganya bagus," katanya.

# Masa Muda Sonaun

 

Potret Sonaun (kemenag.go.id)

Sonaun saat masa anak-anak adalah seorang penggembala. Menginjak remaja, Sonaun mulai membantu ayahnya di sawah.

"Yang bantu bapak di sawah cuma saya, karena kakak saya perempuan, sementara empat adik saya masih kecil."

Sonaun muda ternyata tak terlalu taat beragama. Ia mengaku tak bisa mengaji dan baru berusia 25 tahun rajin salat lima waktu.

"Saya bersyukur sekali bisa naik haji. Waktu masih muda ya tidak terpikir. Wong saya ini sembahyang (salat) lima waktu saja baru mulai umur 25 tahun." kata Sonaun dikutip MPI dalam laman resmi Kemenag, Rabu (8/6/2022).

Sonaun sekarang telah menjadi santri seutuhnya, yakni telah melaksanakan lima rukun Islam. Yang dulu tidak sembayang, sekarang sembayang, yang dulu tidak puasa, sudah puasa. Bahkan saat jelang umur 50 aktif di pengajian Yasinan dan Tahlilan.

Calon Jemaah Haji Indonesia (politik.rmol.id)

"Saya menyesal tidak bisa mengaji. Sampai sekarang saya harus mikir jika ditanya batalnya wudu apa saja. Tapi Alhamdulillah anak saya mengerti agama tingkat dasar, bahkan Siti Mutmainnah ngajar di TPQ, suaminya guru di pesantren. Anak kedua Muhammad Yusuf (lahir 1998), tamat SMA. Sekarang sudah kerja jadi tukang kayu. Dia tidak mau disekolahkan, gak mau. Abdul Hidayat yang lahir 2003 masih mesantren," jelasnya.

Subhanallah~

Jemaah haji Indonesia (inews.id)