Dulu Lihai Pegang Raket, Atlet Bulu Tangkis Indonesia Ini Alih Profesi Jadi Tukang Kue Di Jerman

Dulu Lihai Pegang Raket, Atlet Bulu Tangkis Indonesia Ini Alih Profesi Jadi Tukang Kue Di Jerman

Nama Terta Herman dikenal sebagai atlet bulu tangkis . Pemuda kelahiran Lampung yang besar di Sumedang ini sempat masuk Pelatda Jawa Barat di Bandung dan membangun kariernya di sana. Akan tetapi, takdir membawanya pergi ke Jerman di tahun 2001 silam.

Dikutip dari Indozone, kepergian Terta ke Jerman awalnya untuk menggantikan posisi rekannya sesama atlet bulu tangkis yang meninggal dunia. Dengan modal nekat dan uang saku sebesar Rp160 ribu, Terta Herman terbang ke Jerman.

Walaupun memiliki keterbatasan bahasa, biaya, cuaca sampai perbedaan budaya, Terta tetap menghadapinya dengan berani. Hingga akhirnya, usaha yang dilakukannya membuahkan hasil. Klub yang dibelanya naik terus hingga liga dua padahal sebelumnya ada di posisi liga bawah.

Selama 8 tahun, karier Terta Herman begitu bersinar. Dia ikut bertanding berbagai kompetisi seperti Italia Open, Prancis Open, Jerman Open dan lain-lain. Tapi, Terta menyadari kalau karier bulu tangkis ada masanya. Di tahun 2009, Terta memutuskan gantung raket dan mendedikasikan diri jadi pelatih.

Di Jerman, Terta menikah dengan seorang wanita dan berganti nama menjadi Thera Deters. Bersama sang istri, Thera memikirkan cara untuk mendapat penghasilan tetap selain melatih bulu tangkis. Pilihannya pun jatuh di bidang kuliner.

Bidang tersebut juga dianggap menjanjikan meskipun sangat jauh dari background profesinya. Akan tetapi, Thera Deters menunjukkan keseriusannya terjun ke dunia kuliner. Dia sempat kuliah dan mempelajari tentang kuliner selama tiga tahun.

Thera mengambil gelar master untuk modal membangun toko kue. Dalam masa itu pula, Thera Deters sambil bekerja di sejumlah toko kue, restoran bahkan rumah sakit. Penghasilannya dikumpulkan untuk sedikit demi sedikit perabotan yang akan digunakan untuk toko kuenya.

Sampai akhirnya, cita-cita Thera terwujud. Dia membuka Patisserie atau toko kue bernama Das Geusswerk di tahun 2015. Di tahun-tahun pertamanya, Thera masih bekerja di toko kue lain dan sambil melatih badminton.

Foto: Thera Deters (Indozone)

Setelah merasa cukup ilmu, pengalaman, wawasan dan jam terbang, Thera Deters memberanikan diri untuk total standby di patisserie-nya. Tidak disangka, usahanya pun terus berkembang, dia bahkan memiliki banyak pelanggan dari berbagai perusahaan besar selain melayani perorangan.

Thera Deters juga menerima pesanan seperti birthday cake, wedding cake hingga cake special lainnya. Harga yang dibanderol untuk custom cake Thera tergantung model dan ukuran. Namun kue termurah berharga 250 euro atau sekitar Rp3,9 juta dan yang paling mahal bisa mencapai 1.800 euro atau Rp28,3 juta.

Usaha kue ini sempat menurun saat pandemi Covid-19. Namun, Thera tetap berkreasi sampai akhirnya menciptakan kue unik berbentuk tissue dan corona. Kue ini ternyata viral dan begitu disukai oleh masyarakat. Bahkan, pesanan kue miliknya juga membludak hingga menjadi pemberitaan koran lokal.

Bagi Thera, ada kesamaan antara bulu tangkis dengan menjadi seorang pembuat kue. Kedua aktivitas tersebut, sama-sama mengandalkan kekuatan pergelangan tangannya. Tapi bedanya, dulu tangannya lihai dalam memegang raket, sekarang dirinya justru lihai dalam membuat dan mendekorasi cake.

Foto: Thera Deters (Indozone)