Mark Zuckerberg percaya bahwa metaverse adalah masa depan internet, hingga perusahaannya menggunakan nama Meta sebagai induk dari Facebook. Namun memang membangun metaverse itu tidak murah, membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Untuk mengurus perkembangan metaverse, Meta memiliki divisi khusus yang disebut Reality Labs. Nah dalam laporan keuangan Meta terbaru, divisi tersebut merugi USD 10 miliar atau setara 143.8 triliun Rupiah pada tahun 2021 saja. Gileeee lu ndrooo!
Pada tahun-tahun sebelumnya, divisi Reality Labs juga mengalami kerugian yang cukup besar, meski tidak sebesar tahun lalu. Seperti dikutip dari CNBC, pada 2019, kerugiannya sebesar USD 4,5 miliar (Rp64,7 Triliun) dan USD 6,62 miliar (Rp94,9 Triliun) pada 2020.
# Teknologi yang Dikembangkan Meta
Reality Labs mengembangkan teknologi headset virtual reality maupun augmented reality, baik dari segi hardware maupun software. Pengguna yang ingin memasuki dunia metaverse menggunakan perangkat ini, namun sejauh ini belum terlalu mainstream.
Cita-cita Metaverse (katadata.co.id)
Meta akan memprioritaskan pengembangan metaverse, yang belakangan ini menjadi ambisi Zuckerberg. "Tujuan kami adalah membantu metaverse menjangkau miliaran orang," kata Zuckerberg baru-baru ini.
Namun sepertinya, Zuckerberg harus siap menanggung kerugian dalam waktu yang lama. Ekosistem metaverse masih dalam tahap awal, meskipun headset VR Reality Labs semakin banyak dijual.
Headset Virtual Reality Meta (teropongpolitik.com)
Kabar baiknya adalah bahwa beberapa ahli mengatakan tahun 2022 adalah waktu bagi metaverse untuk lepas landas. Syaratnya, raksasa teknologi selain Facebook juga harus meluncurkan teknologinya sendiri untuk metaverse.
"Platform teknologi besar yang telah diuntungkan dari ledakan aplikasi komputasi mobile sekarang melihat augmented reality sebagai pergeseran platform komputasi untuk masa depan," kata analis Goldman Sachs Eric Sheridan.
Salah satu produk Metaverse (elshinta.com)