Proses kremasi jenazah adalah jenis pemakaman dengan membakar jenazah dan melarungkan abu jenazah ke laut atau disimpan di tempat khusus. Selama ini proses kremasi identik dengan budaya dari Tionghoa atau umat Buddha atau Hindu.
Padahal seiring perkembangan zaman, tidak selalu orang beragama Buddha dan Hindu atau berasal dari keturunan Tionghoa yang akhirnya melakukan kremasi jenazah saat meninggal nanti.
Dilansir dari YouTube Asumsi, Heru Prayitno selaku Manajemen Krematorium Cilincing, Jakarta memberikan alasan kenapa banyak orang yang mulai memiliki kremasi jenazah. “Biasanya semasa hidup orang yang meninggal memang meminta keluarga untuk dikremasi saja, seperti wasiat,” kata Heru.
Selain wasiat yang ingin dikremasi, namun proses kremasi jenazah dianggap sebagai proses pemakaman yang mudah dibandingkan pemakaman lain, seperti dikubur di lahan pemakaman.
Heru mengatakan abu jenazah usai dikremasi ada yang disimpan di dalam kotak atau guci khusus di Krematorium, jadi keluarga mendiang cukup membayar biaya per tahunnya. “Jadi kalau keluarga rindu bisa datang kemari,” kata Heru.
Proses kremasi yang hanya 2 jam pun dianggap lebih sederhana bagi keluarga mendiang yang keluarganya dikremasi. Jika memang abu jenazah mau dilarung di laut, bisa dilakukan bersama keluarga. “Kalau abu jenazah dilarung di laut, keluarga nggak perlu ziarah ke makam, dimana saja bisa ziarah, bisa tabur bunga selama dilakukan di laut termasuk laut di luar negeri sekalipun,” papar seorang keluarga jenazah yang dikremasi.
Proses Kremasi Jenazah (Suara.com)
Beberapa artis pun juga ada yang saat meninggal jenazahnya dikremasi. Sebut saja ada Robby Tumewu, Bondan Winarno, James Sahertian, Hengky Solaiman, dan yang terbaru Laura Anna.
Khusus Laura memang saat masih hidup ia pernah meminta keluarganya jika suatu hari meninggal dunia, dia meminta kremasi jenazah dengan alasan agar tak merasa sendiri setelah meninggal, mengingat abu jenazah bisa disimpan di rumah selama beberapa hari.
Abu Jenazah Dilarung di Laut Usai Usai Kremasi Jenazah (BeritaSatu)