Teknologi VAR atau video assistant referee menjadi primadona baru dalam dunia sepak bola. Para wasit biasanya melihat layar VAR sebelum memutuskan sebuah keputusan, mulai dari pelanggaran hingga kejadian lain di lapangan hijau.
Di kompetisi Eropa sudah banyak yang menggunakan VAR. Bahkan beberapa Liga di Asia Tenggara, seperti Thailand, Vietnam, hingga Malaysia sudah mulai berbenah diri dan menggunakan VAR sebagai acuan jika terjadi hal kontroversial.
Memang kemunculan VAR dianggap beberapa pengamat sepak bola mengurangi sisi kontroversi dalam sepak bola. Sebuah gol yang bisa saja dianulir wasit setelah melihat layar VAR. Pemain yang sudah mendapatkan kartu kuning, bisa jadi berubah sekejap menjadi kartu merah karena VAR.
Lantas kapan Indonesia bisa memulai mengunakan VAR? Menurut Ratu Tisha, wanita yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PSSI mengatakan ia sempat berkonsultasi dengan FIFA untuk penerapannya di Indonesia, namun hal itu tidak mudah diterapkan di Indonesia.
“Ada 18 kriteria atau syarat, salah staunya pelatihan bagi wasit. Preparation itu satu sampai satu setengah tahun,” kata Tisha dilansir dari Tempo. Belum lagi kondisi sumber daya manusia atau SDM dalam hal ini wasit PSSI dianggap masih banyak hal yang perlu diperbaiki.
Biasanya selain seorang wasit yang memimpin di lapangan, ada juga beberapa wasit yang berada di sebuah ruangan untuk mengoperasikan VAR, jumlahnya bisa sekitar 3 orang.
Teknologi VAR di Sepak Bola (BeritaSatu)
SDM menjadi hal yang utama. Meskipun soal finansial dan teknologi juga ikut dibarengi sebagai syarat tambahan. Untuk ukuran finansial dan teknologi sepertinya hal ini lebih mudah dipenuhi dibandingkan syarat SDM tersebut.
Tentu banyak penonton sepak bola Indonesia yang berharap suatu hari teknologi VAR bisa dilakukan di kompetisi Indonesia untuk mengurangi hal-hal yang berbau kontroversi. Sebab kadang ada saja wasit yang salah mengambil keputusan dan tidak bisa diterima salah satu kubu dan memicu kericuhan di lapangan.
Wasit Melihat Layar VAR (Tempo.co)