Orang yang kerap atau gampang menangis sering disebut sebagai pribadi yang mudah tersinggung, baper, lemah, dan tidak mampu menghadapi suatu masalah. Tak ayal, saat menangis, banyak orang memilih menyembunyikan ekspresi kesedihannya agar tidak dipandang negatif oleh orang-orang di sekitarnya.
Padahal, stigma yang demikian tidak selalu benar, lho. Beberapa ilmuwan yang melakukan studi terhadap menangis, justru mendapati hal yang berbeda.
Mereka mengatakan bahwa menangis dapat menjadi katarsis atau penyucian diri karena saat seseorang menarik napas secara dalam dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatis.
Dalam psikologi, katarsis dimaknai sebagai langkah meluapkan emosi secara positif, supaya orang yang menangis merasa lega dan melakukan rutinitas dengan perasaan yang baik. Dengan kata lain, katarsis punya makna lain pelepasan emosi dari dalam diri.
Secara khusus, Philip Gable, Ph.D., seorang profesor Universitas Delaware, AS yang berfokus pada dampak emosi terhadap pikiran mengatakan bahwa menangis tidak jauh berbeda dengan ekspresi emosional lainnya.
"Tidak ada pusat kesedihan di otak," kata Gable.
"Jadi, ketika kita memiliki pengalaman emosional, maka sebagian besar area di otak menjadi aktif," tambahnya.
Oleh sebab itu, tak perlu terkejut jika seseorang dapat menangis dan tertawa dalam waktu yang bersamaan. Sebabnya, emosi yang memenuhi otak seseorang perlu diekspresikan.
Jika dilihat secara lebih detail, perempuan tampaknya lebih mudah meluapkan ekspresi kesedihannya dengan menangis.
Alasannya, perempuan tidak memiliki banyak hormon testosteron seperti laki-laki. Saat menangis, hormon testosteron pada laki-laki dapat menghambat seseorang untuk menangis.
Namun, peneliti lainnya mengungkapkan perempuan lebih mudah menangis karena mereka memiliki saluran air mata yang lebih dangkal. Oleh karena itu, saluran ini dapat terisi lebih cepat.
Terlepas dari jenis kelamin apa yang lebih mudah menangis, sebuah penelitian yang dilakukan 2011 silam justru mendapati faktor menangis dipengaruhi oleh budaya dan tempat seseorang tinggal.
Penelitian tersebut mengungkapkan, individu yang tinggal di negara yang lebih makmur, demokratis, terbuka, dan individualis dilaporkan lebih sering menangis.
Lalu, mengapa hal itu bisa terjadi? Penelitian itu mendasarkan temuannya pada kebebasan berekspresi dan bukan pada penderitaan yang dialami rakyat dalam sebuah negara.
Di negara-negara maju dan demokratis, menangis menjadi indikator kepribadian dan ekspresi seseorang. Ini secara luas dilihat sebagai tanda kedalaman emosional, bukan ketidakberdayaan.
Ilustrasi Menangis (KlikDokter)
Dampak menangis terhadap hubungan seseorang
Manusia sangat pandai menutupi perasaan sedihnya, bahkan bisa sampai tidak terlihat sama sekali. Namun, ekspresi kesedihan pada akhirnya dapat terungkap lewat tetesan air mata.
Gable mengatakan, air mata yag dikeluarkan seseorang yang menangis sarat akan pesan yang kuat. Dia mengartikannya tangisan dapat mengungkapkan perasaan secara lebih jelas daripada kata-kata.
"Ada ribuan bahasa di seluruh planet ini, tetapi kita hanya memiliki sedikit perbedaan ekspresi emosional," ucapnya.
Dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar, menangis bisa menjadi pertanda seseorang membutuhkan bantuan sehingga, orang-orang yang ada di sekitarnya terpanggil untuk membantu. Ekspresi emosi yang dipenuhi air mata menimbulkan perasaan kuat yang memaksa orang lain untuk menghibur seseorang yang menangis.
Di sisi lain, bagi orang yang menangis, itu berarti kesempatan untuk merangkul tidak hanya untuk emosi yang memicu air mata tetapi juga simpati, kebaikan, dan kedekatan.
Seorang psikiater yang juga penasihat Mens Health Gregory Scott Brown, MD menyampaikan, dalam beberapa kesempatan ada batasan budaya atau stereotip yang membuat tangisan sulit dimengerti sehingga, dia menyarankan orang yang menangis untuk datang ke terapis.
"Salah satu pasien terapi pertama saya tidak akan membiarkan dirinya menangis di sekitar istrinya, karena itu membuatnya merasa tidak nyaman,"
"Namun dia membiarkan dirinya menangis di depanku dan itu membuatnya merasa lebih baik. Saya sering melihat itu pada pasien pria saya," ungkap Brown.
Dia menambahkan, ada manfaat sosial yang bisa terlewatkan apabila seseorang menangis seorang diri atau di tempat yang sulit dijangkau. Namun, Brown menganggap hal itu bukanlah suatu masalah. Baginya, yang terpenting adalah orang yang menangis dapat meluapkan emosinya daripada menahan air mata.
Cara Menangis
Menangis sebenarnya mudah dilakukan, terlebih saat seseorang merasakan kesedihan yang begitu mendalam. Namun, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan saat menangis. Yaitu, memperhatikan apa yang sedang dirasakan setiap kali menunjukkan emosi, bagaimanapun cara meluapkannya.
Musik atau gambar yang membuat menangis sebenarnya hanya memicu emosi seseorang yang mungkin tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya secara linguistik.
Cobalah untuk memahami apa yang membuat tangisan. Banyak terapis selama bertahun-tahun mengatakan bahwa bagi banyak orang, terutama pria, tantangannya bukanlah dalam mengidentifikasi emosi.
Menangis mengharuskan seseorang untuk mengakui bahwa dia merasakan sesuatu. Ini mengharuskan orang tersebut untuk menghadapi kenyataan itu sehingga, bila tidak ada emosi, tidak ada tangisan. Menangislah dan biarkan semuanya berlalu.
Ilustrasi Menangis (KlikDokter)