Sebuah warung makan sederhana bernama Warung Pojok Mbah Min memiliki konsep yang unik dan berbeda dengan warung makan lainnya. Warung yang berdiri di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, Jawa Tengah ini tak cuma bisa menerima uang dari pelanggan, juga menerima sampah plastik.
Sarimin sebagai pemilik warung makan ini mengatakan jika tempat makan ini berdiri sejak tahun 2016 lalu. Sarimin mendapatkan ide tersebut justru dari Kepala TPA Jatibarang untuk membuka warung yang cara pembayarannya menggunakan sampah plastik.
"Jadi orang yang datang bawa sampah plastik, nilainya berapa rupiah bisa ditukar dengan makanan yang dijual di warung ini, hitungannya 20 kilogram sampah harganya Rp 14 ribu," kata Sarimin dilansir dari Suara.
Karena warungnya berada di kawasan TPA membuat banyak pelanggannya justru orang-orang yang bekerja di dalam TPA tersebut, mulai dari pemulung hingga truk pengangkut sampah. Sudah 5 tahun warungnya berdiri, membuat Sarimin enggan untuk mengubah konsep dari warung tersebut.
Sarimin mengatakan jika warungnya ramai didatangi banyak pelanggan, kira-kira sekitar 1 ton sampah plastik bisa didapatkan olehnya. Bila dihitung 20 kilogramnya sama dengan Rp 14 ribu, jadi kisarannya bila warung ramai, ia bisa mengantongi uang sekitar Rp 700 ribu.
Warung Pojok Mbah Min (Grid.ID)
Sarimin ternyata selain membuka warung makan juga jadi seorang pengepul sampah. Artinya dari sampah-sampah yang didapatkan dari pelanggan, ia mengumpulkan dan menjualnya lagi kepada pihak lain. Kini tak hanya sampah plastik yang dia terima, sebab kardus dan kertas bisa digunakan sebagai alat transaksi pembayaran di warungnya.
Sarimin mengatakan dirinya yakin konsep yang dia jalani pada warungnya paling tidak bisa mengurangi tumpukan sampah-sampah plastik,kardus, dan kertas yang berada di wilayah Semarang. Daripada ditumpuk lebih baik dibawa ke warungnya dan si pembawa sampah bisa makan dengan kenyang.
Sarimin Pemilik Warung Pojok Mbah Min (Nusa Daily)