Yuk Simak 3 Alasan Larangan Menikah di Bulan Suro

Menikah di bulan Suro atau Muharam merupakan hal yang tabu bagi orang Jawa. Yuk kita simak alasannya

Kalender Jawa menggunakan perhitungan berdasarkan perputaran Bulan akan segera memasuki tahun baru. Hari Selasa (11/9) nanti akan menjadi tahun baru bagi kalender yang juga dikenal sebagai kalender qomariyah ini. 

Bagi masyarakat Jawa, penghitungan tahun baru ini dikenal dengan sebutan malam 1 Suro. Banyak hal yang dilakukan, khususnya untuk masyarakat Jawa seperti di Yogyakarta dan Surakarta.

Selain mengadakan ritual, masyarakat Jawa juga mengenal hal-hal yang nggak boleh dilakukan di bulan ini. Salah satunya adalah larangan menikah di Bulan Suro. Meskipun menikah adalah satu momen paling sakral dalam kehidupan manusia, ternyata orang Jawa memiliki satu aturan terkait larangannya. 

Kira-kira, apa yang menyebabkan orang Jawa nggak boleh menikah di bulan ini, ya? Yuk, simak uraiannya.

Awal mula munculnya larangan

Dalam sejarah Indonesia dijelaskan bahwa wilayah nusantara pernah menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya budaya serta agama Hindu. Hal ini pun terbukti dari peninggalan berupa prasasti yang dibuat di zaman Kerajaan Hindu. 

Nah, salah satu dewa yang dipuja bernama Suro, atau yang lebih dikenal dengan Batara Kala. Batara Kala ini menguasai waktu yang menjadi jalannya hukum karma. Sebagai penguasa karma, Suro dikenal sebagai sosok yang mampu memakan nasib manusia. Jika nasib satu manusia dimakan oleh dewa ini, maka akan berubahlah jalan hidupnya.

Tradisi Jawa. (kabarmakkah.com)

Oleh karena itu, masyarakat Jawa pun melarang hal-hal yang penting dalam kehidupan manusia untuk dilakukan di bulan Suro ini. Di antara hal-hal yang dilarang adalah menikah, pindah rumah, dan bepergian ke suatu tempat. Hal ini dilakukan agar tak terdampak aura buruk dari sang dewata.

Mendatangkan nasib sial

Dalam kalender Jawa, bulan Suro dianggap sebagai bulan sial, musibah, keramat, dan pembawa bencana. Makanya, orang Jawa pun percaya jika sampai ada satu pasangan yang menikah di bulan ini, maka rumah tangganya akan banyak ditimpa kesialan. 

Betara Kala. (catvyra.blogspot.com)

Bisa jadi rumah tangga itu sering cek-cok dan tak akur, kecurian harta, bahkan salah satu ada yang meninggal. Namun, pengamat budaya berpendapat lain. Meskipun nggak secara total menyebut hal itu sebagai larangan, dirinya hanya memperbolehkan untuk mengadakan syukuran resepsi di bulan ini . Dengan catatan, ijab qobul sudah terlebih dahulu dilaksanakan sebelum bulan Suro.

Bulan yang dimuliakan untuk ibadah

Umat Islam menganggap bulan Suro atau yang dikenal dalam kalender Hijriyah sebagai bulan Muharam sebagai salah satu bulan yang dimulai oleh Tuhan. Oleh karena itu, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, banyak jenis ibadah sunah yang bisa dilakukan di bulan ini. 

Adapun jika membicarakan fungsi dan makna, semua terkait dengan upaya umat Islam untuk merenungi diri dan mendekatkan diri dengan Tuhan.

Ilustrasi keluarga cekcok. (keluargakokoh.com)

Hal tersebut juga sesuai dengan penjelasan dari Han Gagas. Dilansir dari Grid.id, dirinya bahkan menjelaskan bahwa bulan Suro adalah bulan spiritual.

"Seharusnya masyarakat lebih banyak melakukan perenungan diri, beribada dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu juga membersihkan diri dari semua hal yang bersifat duniawi. Maka dari itu larangan menikah muncul. Biasanya, orang menikah akan diikuti dengan pesta besar-besaran yang berlangsung selama beberapa hari," jelasnya.


Nah, itulah 3 alasan mengapa masyarakat Jawa melarang pernikahan di bulan Suro ini. Sederhana dan cukup masuk akal sebenarnya. 

Bagaimanapun, setiap larangan adalah untuk sesuatu yang lebih baik. Terlebih larangan ini merupakan hasil dari tradisi masyarakat, tentu ada makna yang belum bisa kita tangkap yang pastinya berguna untuk kehidupan yang lebih luas. 

Keutamaan bulan Muharram. (newsfarras.com)