Terkesan Mewah di Ibu Kota, Siapa Sangka Fortuner dan Pajero Justru Jadi Angkot di Papua

Terkesan Mewah di Ibu Kota, Siapa Sangka Fortuner dan Pajero Justru Jadi Angkot di Papua

Apa yang terlintas di benakmu ketika mendengar kata Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero? Pasti kesan mewah, bukan? Hal ini tentu bukan tanpa alasan, saat ini keberadaan dua mobil yang memiliki tampilan besar nan gagah tersebut memang sering dijumpai di kota-kota besar terutama Ibu Kota sebagai kendaraan yang dimiliki oleh kalangan dengan kelas ekonomi atas.

Bahkan, kedua mobil ini tak jarang dijadikan sebagai transportasi khusus oleh berbagai instansi dan perusahaan untuk dijadikan kendaraan dinas bagi beberapa pihak yang memiliki kepentingan dan jabatan tertentu.

Menariknya, kesan dan citra mewah yang melekat pada kedua kendaraan tersebut justru berbanding terbalik dengan kondisi yang ditemui di wilayah Indonesia bagian paling timur, tepatnya di Papua.

Alih-alih menjadi transportasi yang memiliki nilai prestise, kendaraan berbodi gagah layaknya Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero ini justru umum digunakan sebagai angkutan kota atau seringkali disebut angkot. Meski faktanya tak hanya digunakan untuk mengangkut penduduk atau masyarakat pendatang, tapi seringkali juga digunakan untuk mengangkut berbagai hal tak terduga lainnya, seperti babi hutan, kambing, hasil kebun, dan masih banyak lagi.


Transportasi antar kota dengan tarif ratusan ribu

Salah satu rute yang menjadikan Fortuner dan Mitsubishi sebagai angkot di antaranya rute yang menghubungkan antara Nabire dan Paniai. Bukan tanpa alasan, kedua wilayah yang memiliki jarak kurang lebih sekitar 250 km ini memang dihubungkan dengan jalanan yang belum beraspal dan masih berlumpur.

Karena itu, warga yang ingin bepergian dari satu wilayah ke wilayah lain harus melintasi medan terjal yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan biasa sehingga muncul lah keberadaan 'angkot mewah' yang umumnya membutuhkan kendaraan berbodi gagah dan disertai tenaga yang cukup besar.

Tarifnya sendiri bervariasi, ada yang mematok tarif mulai dari Rp300 ribu sampai dengan Rp500 ribu per orang untuk bisa menggunakan jasa transportasi angkot mewah ini saat ingin menuju wilayah tertentu.

Tak hanya itu, ada juga yang menyediakan sistem sewa untuk rombongan atau keperluan tertentu yang dipatok tarif mulai Rp1,5 juta sampai Rp3 juta untuk satu hari penuh, tergantung dari jarak dan sulitnya medan yang dilalui.

Mistubishi Pajero (Motor.com)

Jadi bisnis yang menguntungkan bagi masyarakat Papua

Dalam sebuah video yang dimuat dalam channel YouTube Teknologi Populer, salah seorang masyarakat Papua yang berprofesi sebagai sopir angkot mewah ini membagikan cerita dalam menggeluti jasa transportasi yang dijalankan.

Pria bernama Mardi ini mengatakan bahwa mulanya ia membeli mobil Toyota Fortuner keluaran 2018 dengan harga Rp500 juta, pembelian pun dilakukan dengan mencicil sebesar Rp15 juta per bulan selama 3 tahun.

Walau terdengar mahal, namun cicilan tersebut nyatanya tetap bisa terpenuhi mengingat hasil tarikan harian yang didapat bisa mencapai Rp1 juta sampai Rp3 juta setiap harinya.

Namun di balik itu semua, ada modal besar yang harus dikeluarkan bagi mereka yang ingin menggeluti bisnis transportasi satu ini. Masih dijelaskan dalam video yang sama, bahwa mobil-mobil mewah yang sudah pasti dibeli di perkotaan harus diangkut menggunakan transportasi udara untuk lebih dulu bisa sampai ke pedalaman.

Toyota Fortuner (Pikiran Rakyat)

Dijelaskan kalau biaya sewa untuk bisa mengangkut mobil-mobil yang dibeli ke pedalaman saja bisa mencapai Rp500 juta. Tidak cukup sampai di situ, mobil yang dibeli tidak semata-mata langsung bisa digunakan untuk mengangkut penumpang di medan yang terjal, melainkan harus dimodifikasi terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan kondisi jalan.

Mobil-mobil layaknya Fortuner dan Pajero yang dipilih biasanya dilengkapi lagi dengan perangkat khusus demi menunjang performa, salah satunya mengganti roda mobil dengan roda cakar bergerigi agar mampu melewati medan yang keras berupa jalanan terjal, berbatu, dan juga berlumpur.

Mardi juga tidak menampik, kalau pekerjaan sebagai sopir angkot mewah tersebut mendatangkan penghasilan dan untung yang terbilang lumayan, tapi di balik itu juga ada risiko besar yang acap kali mengintai bagi mereka yang menggeluti pekerjaan ini, salah satunya keberadaan rampok.

Dijelaskan kalau para sopir angkot mewah ini sejatinya harus memiliki mental kuat karena sudah pasti akan sering menjumpai berbagai ancaman.

"Saya pernah dirampok dengan pistol di kepala dan parang di leher, tapi itu anggap saja bala (musibah) kalau tidak kuat tidak bisa," ungkap Mardi, dikutip pada Selasa, (15/6/2021).

Wow, ternyata di Papua nggak harus jadi sultan ya kalau mau naik dua mobil tipe ini. Hihihi

Angkot Mewah di Papua (Merdeka.com)