Beberapa kasus kematian pasien COVID-19 terjadi akhir-akhir ini ketika sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) di rumah. Si pasien terpaksa melakukan isoman karena tidak keadaan Rumah Sakit penuh dan tidak bisa mendapatkan perawatan.
Memang bagi pasien yang memiliki gejala tidak disarankan lakukan isoman, biasanya isoman cuma dilakukan oleh pasien tanpa gejala atau OTG. Ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tonang Dwi Ardyanto mengatakan seharusnya pasien yang melakukan isoman tetap harus dipantau pihak Puskesmas setempat.
Pasien yang lakukan isoman kadang ada yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid seperti asma, jantung, atau diabetes. "Bila ini terjadi dan memutuskan isolasi di rumah, tentu harus ada pemantauan ekstra ketat," jelas Tonang dikutip dari Kompas.
Penyebab meninggalnya pasien COVID-19 terjadi lantaran kondisi kesehatannya menurun atau terjadi pemburukan yang membuat nyawa si pasien tak bisa tertolong lagi. Yang juga perlu diperhatikan adalah proses pemulasaran jenazah dari rumah ke pemakaman.
Sebab bila seorang pasien COVID-19 meninggal di rumah, sudah pasti para tetangga dekat rumah juga tidak berani untuk membantu proses pemulasaran. Hal ini memang miris terjadi, seperti terjadi di Jakarta beberapa waktu lalu, jenazah pasien COVID-19 yang diletakan di teras rumahnya.
Ilustrasi Pasien COVID-19 Isolasi Mandiri di Rumah (CNN Indonesia)
Tonang mengatakan bila hal itu terjadi, pihak warga setempat atau keluarga pasien lakukan kordinasi dengan Puskesmas setempat agar diatur proses pemulasaran dan pemakaman jenazah dengan menggunakan mobil Ambulans.
Kejadian yang terjadi di Jakarta mirip dengan yang dialami oleh pasien COVID-19 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Seorang bapak meninggal dunia ketika sedang isolasi mandiri di rumah. Salah seorang anaknya mencoba menghubungi pihak terkait namun alami kesulitan.Akhirnya anak tersebut sendirian mengurus jenazah sang ayah dan dibawa ke pemakaman untuk dikuburkan.
Ilustrasi Jenazah Pasien COVID-19 (Kompas.com)