Ilmuwan dari Universitas Cambridge yang meneliti korban meninggal akibat wabah Black Death dikabarkan menemukan fakta mengejutkan. Para tim ahli baru saja menemukan bukti yang menunjukkan jika tidak semua korban Black Death dikuburkan di kuburan masal.
Tim ahli mengambil sampel dari sekitar 200 kuburan untuk mendeteksi DNA kuni Yersinia pestis, yang merupakan bakteri penyebab wabah ini. DNA kuno bakteri tersebut ditemukan di gigi beberapa orang yang meninggal karena penyakit itu, dan dikuburkan sendirian.
“Penelitian ini meningkatkan pemahaman bahkan di masa-masa yang traumatis, mereka berusaha keras untuk menguburkan korban dengan hati-hati,” ujar Craig Cessford selaku arkeolog dari Universitas Cambridge.
Dilansir dari Science Alert, temuan kali ini menambah informasi baru pada sejarah wabah yang berlangsung selama abad ke 14 tersebut. Bahkan wabah ini masih muncul di negara-negara bagian Republik Demokratik Kongo, Madagaskar dan Peru.
Fakta wabah Black Death. [HO,crossrail,AFP]
Penguburan massal biasanya dilakukan untuk korban wabah ini karena dikhawatirkan akan menular dalam beberapa hari. Para korban dimakamkan di lubang wadah yang digali di sebuah biara pada abad ke 14 di barat laut Inggris. Berisi 48 kerangka dan lebih dari setengahnya adalah kerangka anak-anak.
Karena itulah temuan bukti pertama korban wabah abad pertengahan yang dikubur terpisah berkat DNA kuno ini juga membuka jalan baru bagi para arkeolog.
fakta-wabah-black-death (cambridge)