Patung Pancoran yang berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan menjadi salah satu patung terkenal di Jakarta. Patung yang dibangun di masa pemerintahaan Presiden pertama Soekarno pada tahun 1965. Patung ini memiliki tinggi 11 meter dan tinggi kaki patung 27 meter.
Patung yang juga disebut Patung Dirgantara ini dibuat oleh pematung bernama Edhi Sunarso. Pria asal Yogyakarta itu membuat patung karena diminta oleh Soekarno kala itu. Total biaya habiskan Rp 12 juta.
Patung yang berbentuk seorang pria sedang menunjuk tangan ke arah utara ini sempat menjadi pertanyaan banyak orang, khususnya warga Jakarta yang sering lewat di kawasan itu. Memang filosofinya tempat apa yang ditunjuk oleh patung tersebut.
Dilansir dari Liputan6, beberapa spekulasi berkembang di kalangan masyarakat. Ada yang menyebut patung itu mengarahkan tangannya ke lokasi penyimpanan harta kekayaan Soekarno yang masih dirahasiakan. Ada juga tangan itu mengarah ke pelabuhan Sunda Kelapa di utara Jakarta sebagai salah satu titik sentral di Jakarta kala itu.
Namun ternyata patung ini menunjuk ke Bandar Udara Kemayoran. Bandar udara itu menjadi Bandara pertama di Jakarta sebelum aktivitas Bandara pindah ke Bandara Soekarno - Hatta. Pada masa jayanya, Bandara ini menjadi tempat strategis bagi orang yang mau datang ke Jakarta dengan pesawat terbang.
Patung Pancoran (SINDOnews)
Fungsi Patung Pancoran konon juga mirip dengan Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Bila patung itu untuk menyambut para tamu negara dalam ajang Asian Games di Jakarta, Patung Pancoran untuk menyambut pendatang yang baru tiba dari Bandara.
Saking terkenalnya dan jadi tempat penting di Jakarta, penyanyi Iwan Fals sampai membuat lagu yang terinspirasi dari suasana sore di kawasan Patung Pancoran, judul lagunya Sore di Tugu Pancoran. Potongan liriknya seperti ini: Si Budi kecil kuyup menggigil, menahan dingin tanpa jas hujan. Di simpang jalan Tugu Pancoran, tunggu pembeli jajakan koran.
Patung Pancoran (Viva)