Walaupun sama-sama tinggal di Pulau Jawa, penduduk Jawa Barat dan Banten yang kesehariannya lebih sering menggunakan bahasa Sunda cenderung sulit membedakan mana abjad F dan P dan bagaimana mereka mengucapkannya.
Contohnya, mereka lebih sering terbiasa mengucapkan kata “maaf” dengan “maap”. Ya, untuk kata ini sih memang sudah sering terdengar. Tapi ada saja beberapa kata yang jadinya membingungkan saat huruf “f” diubah pelafalannya menjadi “p”.
Menurut pakar bahasa, logat masyarakat Sunda cukup sulit membedakan huruf “f”, “p”, dan “v”. Jadi ketika mereka sering mengucapkannya dengan huruf “p” dan ini sudah menjadi kebiasaan mereka sejak ratusan tahun lalu.
Di zaman dulu, aksara Sunda alias Kaganga memang kurang mengenal huruf “f” dan “v”. Mereka cuma mengenali huruf “p”. Jadi wajar saja saat orang Sunda melafalkan kedua huruf tersebut menjadi huruf “p”.
Aksara Sunda (kelaspoliglot.com)
Menurut seorang ahli Antropolinguistik Universitas Pendidikan Indonesia, Mahmud Fasya, berpendapat bahwa jumlah bunyi di setiap bahasa Sunda itu berbeda-beda. Sehingga ketika seseorang belajar bahasa kedua, mereka akan sulit mengikuti bunyi-bunyian baru dan berbeda dari yang selama ini mereka lafalkan.
“Tidak ada dalam Sunda itu bunyi 'f' dan 'v'," ujar Mahmud.
Budaya Sunda (tribunnews.com)
Sebenarnya, kesulitan orang Sunda menyebut huruf “f” dan “v” juga kerap dialami penutur bahasa daerah lain dalam konteks berbeda. Misalnya orang Jawa sering menambahkan “m” di setiap kali mengucapkan huruf “b” atau warga Bali yang kesulitan melafalkan huruf “t” dengan tegas.
“Orang Jawa sering diledek nggak kuliah di ITB, tapi ITM yang artinya Institut Teknologi Mbandung,” jelas Mahmud.
Beberapa kata dasar bahasa Sunda (wisatabdg.com)