Tanpa disadari kita seringkli melabeli diri kita dengan hal-hal yang buruk, seperti pemalas, lemah, bodoh, dan sebagainya. Kemudian kita tumbuh dengan label-lebel tersebut yang dapat mempengaruhi cara kita melihat diri sendiri, berperilaku, hingga berinteraksi dengan orang lain. Padahal sangat penting untuk memisahkan diri sendiri dengan masalah.
Dalam dunia psikologi, terdapat terapi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, yaitu terapi naratif. Terapi ini menitik beratkan pada pemberdayaan diri untuk memisahkan antara diri sendiri dan masalah. Seperti apa sih terapi naratif itu? Yuk, simak fakta lengkapnya!
1. Definisi dan Asal Usul Terapi Naratif
Terapi naratif dikembangkan sejak tahun 80-an di Selandia Baru. Terapi ini bertujuan untuk "merangkul" orang dan menjadikannya ahli dalam kehidupannya sendiri.
pexels.com
2. Komponen Terapi Naratif
Hubungan antara klien dan terapis dibangun berdasarkan 3 komponen, yaitu rasa hormat, tidak menyalahkan, dan klien sebagai ahli.
3. Konsep Utama Terapi Naratif
Dalam terapi naratif, peristiwa dalam kehidupan disampaikan dengan bercerita. Melalui cerita, klien diharapkan dapat memahami dirinya sendiri sehingga mampu membangun identitas dirinya di dunia.
pexels.com
4. Teknik dalam Terapi Naratif
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam memecahkan masalah melalui terapi naratif, yaitu menyusun narasi, eksternalisasi, dekonstruksi, hasil unik, dan eksistensialisme.
Dalam melakukan dialog dengan klien, terapis akan mencari tahu beberapa hal, diantaranya:
- pelabelan yang menjadi masalah,
- pemetaan efek masalah,
- evaluasi efek masalah,
- nilai yang muncul saat memikirkan mengapa efek tersebut tidak diinginkan.
pexels.com