Suami Joanna Alexandra, Raditya Oloan, menghembuskan napas terakhir pada Kamis (6/5), setelah dinyatakan negatif COVID-19. Kondisinya justru memburuk pasca dinyatakan sembuh karena ternyata dia mengalami kondisi yang dinamakan badai sitokin.
Radit sendiri awalnya memang sudah dinyatakan sembuh dari COVID-19. Dia sempat berharap pulang ke rumah, namun harapan itu pupus saat kondisinya memburuk dan harus dirawat di ICU. Dia diketahui memiliki komorbid asma, dengan kondisi ginjal yang tak terlalu baik.
Sebelum menghembuskan napas terakhir, Radit harus menggunakan ventilator dan alat bantu pernapasan untuk membuat kondisinya tetap stabil. Namun sayang, dia tak bisa bertahan dengan badai sitokin yang merusak organ-organnya.
Sitokin sendiri adalah protein tubuh yang berfungsi mengirimkan sinyal-sinyal kepada sel kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Secara normal, begitu virus dan penyakit berhasil dilumpuhkan, sitokin akan mengirimkan sinyal untuk menghentikan 'penyerangan'.
Raditya Oloan dan Joanna Alexandra (via Yahoo)
Namun dalam kasus badai sitokin, sinyal terus-menerus dikirimkan walau penyakit sudah mati. Kondisi ini menyebabkan hiperinflamasi (peradangan parah) pada tubuh, terutama yang menjadi sasaran sel kekebalan tubuh.
Badai sitokin akan menghancurkan semua virus asli dan bakteri baik yang ada di dalam tubuh, sebelum akhirnya melakukan serangan pada organ. Pada pasien COVID-19, kondisi ini sangat fatal, dengan persentase hidup kurang dari 50 persen.
Ilustrasi Badai Sitokin (via IDN Times)
Sayangnya, belum diketahui pasti apa penyebab terjadi badai sitokin. Kondisi ini bisa timbul 6-7 hari pasca infeksi virus dan menyebabkan berbagai komplikasi. Hal ini yang diduga menjadi penyebab meninggalnya Raditya Oloan, suami Joanna Alexandra. Fungsi organ yang menurun berakibat fatal pada tubuhnya yang memiliki riwayat asma.
Raditya Oloan (via Ayo Jakarta)