Mengenal Kalium Sianida yang Digunakan Dalam Kasus Sate Beracun di Yogyakarta, Bahayanya Bisa Sebabkan Kematian

Mengenal Kalium Sianida yang Digunakan Dalam Kasus Sate Beracun di Yogyakarta, Bahayanya Bisa Sebabkan Kematian

Belakangan ini publik digegerkan dengan kasus pengiriman sate beracun yang menewaskan seorang anak di Bantul, Yogyakarta.

Anak yang diketahui bernama Naba Faiz Prasetya itu meninggal dunia setelah mengonsumsi sate maut yang dibawa oleh sang ayah, Bandiman.

Dilansir dari Surya.co.id, Bandiman adalah pengemudi ojek online yang diminta untuk mengantarkan sate oleh Nani Apriliani Nurjaman (25) atau NA alias Tika kepada seseorang berinisial T.

Namun karena T menolak pemberian sate tersebut lantaran tak mengenal pengirimnya, Bandiman akhirnya membawa sate tersebut ke rumah hingga akhirnya dikonsumsi oleh keluarganya termasuk sang anak yang bernasib malang tersebut.

Anak Bandiman pun sempat tak sadarkan diri setelah mengonsumsi sate tersebut dan meninggal dunia di RS Wirosaban.

Menurut Dir Reskrimum Polda DIY Kombes Burkan Rudy Satriya, kasus sate beracun yang akhirnya salah sasaran ini dilatarbelakangi oleh rasa sakit hari Tika pada targetnya, yaitu T.

T (sasaran pelaku) diketahui pernah dekat dengan Tika, namun berujung menikah dengan orang lain.

"Pernah berhubungan dulu sebelum nikah. Target T sedang kita dalami. (Profesi target) Pegawai negeri," kata Burkan di Mapolres Bantul, Senin (3/5/2021) lalu, dilansir dari Kompas.com.

Adapun racun yang digunakan Tika adalah kalium sianida yang dibelinya secara online die-commerce sejak tiga bulan lalu.

Dilansir dari laman CDC via Kompas.com, potasium sianida atau kalium sianida berbentuk butiran padat yang menyerupai kristal.

Kalium sianida bisa melepaskan zat kimia yang sangat beracun bernama gas hidrogen sianida yang baunya mirip almond pahit yang khas.

Jika zat ini tertelan atau masuk ke dalam tubuh, kemampuan tubuh untuk mengelola oksigen pun akan terganggu.

"Potasium sianida memiliki efek ke seluruh tubuh (sistematik), terutama memengaruhi sistem organ yang paling sensitif terhadap kadar oksigen rendah," kata CDC dalam lamannya.

Sedangkan Ahli Forensik Universitas Gadjah Mada (UGM), Lipur Riyantiningtyas, menyebutkan bahwa kalium sianida adalah zat yang biasanya digunakan untuk racun tikus.

Oleh karena itu, racun jenis ini bisa dibeli secara bebas dan mudah ditemui di e-commerce.

Menurut Lipur, dalam jumlah yang kecil, kalium sianida dapat menyebabkan gejala mual, muntah, sakit kepala, pusing, gelisah, sesak napas dan lemas persis gejala orang keracunan.

Kasus Sate Maut yang Merenggut Nyawa Seorang Anak di Bantul, Yogyakarta (Grid.ID)

Namun, jika racun ini masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang besar dapat membuat orang yang mengonsumsinya mengalami penurunan denyut nadi, hingga penurunan kesadaran.

"Korban juga bisa kejang, kerusakan paru, gagal napas yang akhirnya akan meninggal. Dosis letalnya 1,5 miligram per kilogram berat badan," lanjut Lipur.

Efek racun kalium sianida juga muncul dengan cepat sehingga jika tubuh terpapar racun ini dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan kematian dalam hitungan menit saja.

Tak hanya bahaya jika dikonsumsi, Lipur juga mengingatkan bahwa zat ini juga bisa beracun apabila seseorang menghirup atau melakukan kontak kulit dan kontak mata.

Adapun gejala awal seseorang terpapar kalium sianida di antaranya adalah pusing, pusing, napas cepat, mual, muntah, perasaan tersedak dan mati lemas, kebingungan, gelisah, dan kecemasan.

Bahkan kasus racun sianida juga sempat mengakibatkan korban sasarannya meninggal dunia pada 2016 silam.

Wah, serem juga ya. Semoga informasi di atas bermanfaat dan menambah kewaspadaan kita semua.

Ilustrasi Sate Maut yang Merenggut Nyawa Seorang Anak di Bantul, Yogyakarta (WowKeren.com)