Kasus Sate Sianida yang menewaskan bocah berusia 10 tahun beberapa waktu lalu memang menghebohkan publik. Korbannya adalah NFP, warga Yogyakarta yang merupakan putra dari seorang driver ojek online. Dia meninggal karena menjadi korban salah sasaran yang dilakukan Nani Aprilia (NA).
NA memang tidak pernah bermaksud membunuh NFP. Target adalah seorang polisi bernama Tomy, yang tinggal di Villa Bukit Asri, Kasihan, Bantul. NA bermaksud mengirimkan sate beracun karena merasa sakit hati ditinggal nikah dengan perempuan lagi.
NA pun meminta bantuan ojol yang bernama Pak Bandiman, yang tak lain adalah ayah NFP. Mengaku tak punya aplikasi, NA meminta paket sate itu dikirimkan ke target, atas nama pengirim Hamid dari Pakualaman. Untuk pengantaran ini Bandiman menerima ongkos 30 ribu.
"Setelah saya hubungi, benar yang mengangkat bernama Tomi dan alamatnya juga benar. Tapi dia mengatakan bahwa tidak merasa memiliki teman yang bernama Hamid di Pakualaman. Lalu tomi mengatakan bahwa paket tersebut untuk saya saja untuk berbuka puasa," ungkap Bandiman.
Tersangka Kasus Sate Sianida (via SINDOnews)
Mendapat respon tersebut, Bandiman pun membawa pulang sate yang diperolehnya dari NA. Dia tak pernah menyangka bahwa hidangan itu akan membuatnya kehilangan sang anak untuk selama-lamanya. Ketika sampai di rumah NFP menyantapnya dan kemudian ambruk dan meninggal dunia.
Setelah dilakukan penyelidikan, akhirnya polisi berhasil membekuk NA. Akhirnya terungkap bahwa dia sengaja memesan racun sianida secara online sejak beberapa bulan sebelumnya untuk membalas dendam. Kini, dia harus menjalani proses hukum dengan hukuman maksimal pidana mati.
Orang Tua Korban (via Detik)
Pada akhirnya, NA tidak berhasil membalas dendam, namun malah menjebloskannya ke dalam penjara. Saat ini polisi juga masih menyelidi apakah ada tersangka lain dalam kasus sate sianida yang menewaskan NFP.
Tersangka Kasus Sate Sianida (via Detik)