Kisah Hidup Abah Sarji, Kakek Berusia 102 Tahun yang Tinggal di TPU dan Selalu Lihat Arwah Berupa Asap dari Kuburan yang Belum 7 Hari

Kisah Hidup Abah Sarji, Kakek Berusia 102 Tahun yang Tinggal di TPU dan Selalu Lihat Arwah Berupa Asap dari Kuburan yang Belum 7 Hari

Seorang kakek yang kini sudah berusia 102 tahun hidup dalam keadaan yang jauh dari layak. Namanya Kakek Sarji atau yang lebih sering disapa Abah Sarji.

Abah Sarji ini, sekarang tinggal di sebuah saung butut di kawasan Tempat Pemakaman Umum Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan. Ia mengaku sudah lima tahun tinggal di TPU, dengan ukuran saung tak lebih dari 2x2 meter.

Saat ditemui di saungnya, ia mengaku selama tinggal di sini tak pernah mengenakan kaos atau sejenisnya yakni berarti selama lima tahun terakhir.

"Iya Abah gak pernah pakai kaos dan gak merasa dingin," tutur Abah Sarji dilansir dari Tribunnwes pada Kamis (29/4/2021).

Sejak tinggal di sana, Abah Sarji pun kerap mengalami kisah horor. AIa mengaku selama hidup di saung ini, tiap malam tidak lepas melaksanakan dzikir dan minta pengampunan dosa selama hidup.

"Iya kalau tiap malam, dzikir membaca sebisa-bisa, apa saja. Seperti Astaghfirullah, La ilaaha Illallah dan itu sekuatnya," kata Abah Sarji.

Menyinggung soal arwah gentayangan, Abah Sarji tak memungkiri selama tinggal di TPU sering melihat makhluk halus.

"Kalau makhluk halus itu sering keluar dari dalam kuburan. Awalnya terkejut melihat gumpalan asap hitam pekat keluar dari kuburan dan itu biasanya, terjadi pada makam yang belum tujuh hari," kata Abah Sarji.

Menurutnya kemunculan arwah gentayangan itu sebetulnya untuk memberikan peringatan kepada yang hidup agar lebih meningkatkan ibadah.

"Abah juga pernah mencoba melihat langsung ke makamnya pada pagi hari untuk melihat apakah ada lubang atau tidak dari bekas asap keluar semalam. Nah, anehnya pada pagi hari lubang di makam yang malah tidak ada sama sekali," katanya.

Abah Sarji mengungkap tidak bosan memberikan pesan kepada siapapun yang masih hidup untuk banyak beribadah, karena usia alam sudah tua dan banyak kerusakan alam oleh ulah tangan manusia.

"Siapa yang datang ke saung, Abah suka berpesan untuk meningkatkan ibadah. Kemudian yang sering datang itu pak Kesra kadang suka kasih Abah roko," ujarnya.

Selama hidup di dekat makam, Abah Sarji mengaku tidak pernah masuk angin atau mengalami kesakitan pada raganya.

"Iya tidak pernah masuk angin dan biasa saja. Usia 102 tahun semua masih normal, tapi kaki saja merasa tak kuat jalan dan kalau mau ke air suka ngesot serta jalan juga pakai tongkat," ujarnya.

Abah Sarji mengaku sengaja tinggal di sana karena ingin menghabiskan sisa hidupnya dekat kuburan.

"Iya saya memilih tinggal di sini sudah lima tahun dan saung dari bahan baku bekas, geribik dan tempat tidur seadanya," ungkap Sarji.

Alasan Abah Sarji memilih bertempat tinggal sekarang adalah sebagai bentuk penebusan dosa semasa hidupnya.

"Iya, itung-itung nebus dosa Abah sewaktu hidup jaman dahulu. Juga Abah minta kepada anak muda agar cepat malik atau ingat, sebab usia alam sudah tua," katanya.

Di samping itu, kata Abah Sarji menghabiskan waktu di sekitar lahan TPU tidak lain sebagai usaha dan dorongan agar ibadahnya meningkat.

"Iya setiap waktu dan malam hari, Abah tidak lepas berdoa dan zikir minta pengampunan terhadap Gusti Allah," ujarnya.

Abah Sarji, Berusia 102 Tahun Tinggal di Saung Kawasan TPU Desa Setempat (Tribunnews.com)

Mengenai kebutuhan makan minum dan keperluan lainnya, Abah Sarji mengaku bahwa setiap hari ada yang mengirim makanan.

"Kiriman itu datang dari anak atau cucu. Biasanya bawa makanan dan rokok kaya gitu," ujar Abah Sarji.

Sementara itu, salah seorang warga setempat bernama Dedi mengatakan kondisi Abah Sarji yang hidup di Kawasan TPU sudah sekitar 5 tahunan.

"Sudah lima tahun Abah Sarji tinggal di saung. Padahal anak,cucu dan istrinya masih ada. Nah, untuk istrinya memang sudah ripuh dan tidak bisa jalan apalagi mendengar, karena sudah tua juga," ungkap Dedi.

Karena kondisi saung yang sangat gelap pada malam hari, maka kata Dedi, rencananya warga akan melakukan pemindahan dari tempat semula.

"Kalau masalah pemindahan saung emang mau. Tempat tidak jauh dari situ dan Abah Sarji juga mau, tapi belum ada bahan-bahannya," kata Dedi. 

Terkait hal tersebut, Irfan Fauzi selaku Kepala Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kuningan, Jawa Barat mengaku tak pernah lalai dalam memperhatikan dan melayani masyarakatnya terutama dalam memberi perhatian kepada Abah Sarji yang kini tinggal di saung kawasan TPU desa setempat.

"Kalau bentuk perhatian kami di desa, untuk Abah Sarji selalu diprioritaskan. Terutama ada program sosial dan bantuan lain menyangkut kehidupan masyarakat desa," ungkap Irfan dilansir dari Tribuncirebon.com, Kamis(29/4/2021).

Adapun saung yang menjadi tempat tinggal Abah Sarji, orang nomor satu di desa ini menyebut bahwa Abah Sarji memiliki keluarga dan rumah tinggal seperti pada warga pada umumnya.

"Iya kemarin kita juga kedatangan warga luar dengan label lembaga tertentu dan siap berikan fasilitas tempat tinggal layak," katanya.

Namun masalahnya, lanjut Irfan, lahan tempat tinggal Abah Sarji di kawasn TPU itu merupakan tanah wakaf. Karenanya, bantuan untuk membuat tempat tinggal yang layak itu belum bisa diizinkan.

"Alasannya lahan calon tempat tinggal Abah Sarji itu tanah wakaf," katanya.

Lebih lanjut, sebenarnya warga sekitar mengetahui sosok Abah Sarji beserta kondisi kehidupannya selama ini tapi warga belum tahu soal tujuan Abah Sarji yang tinggal di kawasan TPU itu sebagai upaya penebusan dosa.

"Iya, sosok Abah Sarji memang dikenal warga kami. Tapi pengakuan Abah Sarji yang tinggal disini dan mengaku sebagai penebusan dosa baru tahu dari pemberitaan di media. Karena, setiap waktu tertentu ketika ke makam hanya sapa salam saja. Tidak sempat ngobrol panjang lebar seperti begitu," ujarnya.

Irfan juga mengatakan bahwa TPU yang menjadi kawasan tempat tinggal Abah Sarji itu dikenal dengan sebutan Makam Panembahan atau Mbah Dako, Makam Syeh Muhibat, Makam Syeh Pakih Tolab, Makam Syeh Abdul Karim dan Makam Panjang KH Hasan Maolani atau yang terkenal dengan sebutan Eyang Maolani alias Eyang Manado.

"Nama-nama tadi merupakan warga terdahulu yang terkenal sebagai tokoh penyebar kebaikan dalam ajaran Islam. Kemudian untuk makam panjang Eyang Hasan Maolani memang di kita tidak ada kuburannya, tapi ada makam rambutnya saja. Karena, makam Eyang Hasan Maolani itu ada di Manado," ujarnya. 

Abah Sarji, Berusia 102 Tahun Tinggal di Saung Kawasan TPU Desa Setempat (Tribunnews.com)