Hampir 15 tahun berlalu, peristiwa semburan lumpur panas Lapindo tentunya masih melekat diingatan masyarakat luas.
Kala itu, tepatnya tahun 2006, lumpur panas mulai menyembur dari lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dan terus meluas.
Sebanyak 100.000 meter kubik lumpur per hari yang keluar mengakibatkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan juga perindustrian serta memengaruhi aktivitas perekonomian warga di Jawa Timur utamanya warga yang berada di sekitar lokasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, tweet yang diunggah oleh @citokynesis cukup menarik perhatian warganet.
Ia mengunggah potret seorang konten kreator kecantikan dengan akun Instagram @bby_scrorpion tengah melakukan photo shoot di lokasi lumpur panas Lapindo tersebut.
Seorang Konten Kreator Photo Shoot di Lumur Lapindo, Tuai Pro Kontra Netizen (Twitter)
Tak berselang lama, postingannya pun ramai dibanjiri komentar warganet dengan segala pro dan kontra. Beberapa dari netter yang mengaku orang-orang di sekitar lokasi menyebut bahwa Lumpur Lapindo memang sudah dijadikan tempat wisata dan spot untuk berfoto oleh warga sekitar selama beberapa tahun belakangan.
Warga sekitar lokasi juga turut mengelola wisata tersebut serta sebagian menjadikannya sebagai mata pencaharian.
Sedangkan menurut beberapa lainnya, menjadikan Lumpur Lapindo sebagai tempat wisata merupakan hal yang kurang etis. Ini disebabkan karena masih banyaknya warga yang terdampak Lumpur Lapindo yang belum mendapatkan ketidakadilan atas peristiwa tersebut.
Seorang Konten Kreator Photo Shoot di Lumur Lapindo, Tuai Pro Kontra Netizen (Twitter)
Adanya peristiwa Lumpur Lapindo seolah menggambarkan lengah dan lemahnya pengawasan pemerintah serta lambatnya penanganan pada korban terdampak.
Menurutmu gimana nih, gengs? Kamu setuju lokasi tersebut jadi tempat foto atau nggak?
Seorang Konten Kreator Photo Shoot di Lumur Lapindo, Tuai Pro Kontra Netizen (Twitter)
Seorang Konten Kreator Photo Shoot di Lumur Lapindo, Tuai Pro Kontra Netizen (Twitter)