Tren Menggantungkan Masker Pakai Rantai, Amankah Begitu?

Tren Menggantungkan Masker Pakai Rantai, Amankah Begitu?

Semenjak pandemi Covid-19 melanda dunia, kita diwajibkan untuk memakai masker saat bepergian keluar rumah. 

Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus corona, yang utamanya menyebar lewat transmisi udara itu.

Karena saat ini masker sudah menjadi salah satu barang yang tidak terlepas dari aktivitas manusia, banyak orang terus berinovasi untuk membuat masker yang nggak cuma sekadar aman dan nyaman tapi juga terlihat modis saat dipakai. 

Menggeser tren aneka model dan motif masker kain, serta konektor masker, kini terbaru inovasi strap mask atau rantai khusus untuk masker.

Yup, saat ini strap mask memang tengah menjadi tren. Strap mask biasanya terbuat dari manik-manik dengan warna-warna yang lucu. 

Sementara fungsi dari strap mask itu sendiri adalah untuk menggantungkan atau mengalungkan masker, saat masker sedang tidak digunakan (misalnya saat minum atau makan).

Beberapa orang percaya bahwa penggunaan aksesori ini dianggap lebih praktis dan bisa memudahkan seseorang saat melepas masker. 

Maksudnya, saat menggunakan strap mask, kamu jadi nggak perlu repot memasukkannya ke dalam tas atau wadah khusus. 

Tanpa takut hilang karena terjatuh, kamu pun jadi bisa langsung mengalungkan masker tersebut saat sedang tidak dipakai.

Ilustrasi Strap atau Rantai Masker (Lostandwander)

Meski dianggap praktis oleh sebagian orang, namun apakah mengalungkan masker dengan strap mask ini aman dari sisi medis atau kesehatan?

Menurut dokter umum lulusan Universitas Indonesia yang saat ini sedang menempuh pendidikan Ph.D kardiovaskular di Kobe University, Jepang, dr. Adam Prabata, hingga saat ini belum ada pendapat resmi dari WHO (World Health Organization) atau CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mengenai aturan mengalungkan masker menggunakan strap mask.

“Kalau saya coba cari-cari informasi, sampai saat ini belum ada pendapat resmi dari WHO, CDC, atau lembaga-lembaga kesehatan lain yang menyebutkan bahwa strap mask ini dilarang atau diperbolehkan ya," tuturnya

"Namun, yang saya temukan hanyalah pendapat-pendapat dari para dokter dan ahli. Dan pendapat-pendapat itu juga ada yang pro dan ada yang kontra,” kata dr. Adam dilansir dari kumparan, pada Jumat (29/1/2021) lalu.

Jika dilihat dari sudut pandang yang pro atau memperbolehkan, dr. Adam menyebut bahwa penggunaan strap mask ini memang bisa membantu memotivasi seseorang untuk memakai masker.

“Jadi mereka berpikirnya kalau ada strap mask atau lanyard itu bisa memotivasi seseorang untuk memakai masker. Itu sudut pandang dari yang pro ya,” terang dr. Adam.

Sementara itu, jika dilihat dari sudut pandang yang kontra atau yang tidak menganjurkan, mengalungkan masker dengan menggunakan strap mask ini katanya memiliki beberapa risiko kesehatan.

“Kalau yang tidak menganjurkan alasan utamanya adalah ya itu karena digantung. Itu kan memiliki risiko. Risikonya apa? Misalnya gini, kalau kita sedang di restoran atau lagi jalan dan tidak pakai masker, itu kan ada risiko droplet jatuh kena ke bagian dalam atau luar masker (yang sedang tergantung),"

"Nantinya, ketika masker itu kita pakai kembali, droplet tersebut bisa berisiko mengenai hidung atau mulut kita,” pungkasnya.

Selain itu, risiko lainnya juga datang ketika masker yang dikalungkan itu bersentuhan dengan pakaian. Ya, seperti yang kita tahu bahwa sisi luar masker merupakan area yang paling kotor. 

Jadi ketika masker itu digantung atau dikalungkan, dikhawatirkan sisi luar masker tersebut akan bersentuhan dengan pakaian.

“Takutnya ada droplet orang (di bagian sisi luar masker) itu menyentuh pakaian kita. Terus droplet itu malah kena hidung atau mulut,” kata dr. Adam.

Lalu, apa cara terbaik menyimpan masker saat hendak makan atau bepergian di luar rumah? 

Menurut dr. Adam, cara terbaik dan paling banyak direkomendasikan adalah menyimpan masker tersebut di dalam eco bag atau paper bag.

Ilustrasi Mengalungkan Masker (Shutter Stock)

“Kenapa paper bag? Soalnya gini, kalau kita pakai masker, itu kan kemungkinan kita ngomong dan bernafas. Nah, pas kita ngomong atau bernafas itu ada uap air kan. Si uap air ini kalau banyak akan menumpuk di masker, dan memungkinkan masker itu menjadi basah. Lalu ketika masker tersebut mengembun atau ada kandungan air di dalamnya, maka efektifitasnya pun jadi akan berkurang,” terang dr. Adam.

“Nah, jika si masker itu disimpan di dalam paper bag, maka si paper bag itu akan menyerap air yang ada di dalam masker. Jadi, selain bisa menjadi wadah untuk menyimpan masker, paper bag juga bisa sekalian mengurangi kadar air di dalam masker. Dengan demikian, ketika dipakai kembali masker tersebut bisa efektif lagi,” tambahnya lagi.

Selain paper bag, dr. Adam juga merekomendasikan untuk menyimpan masker di dalam suatu wadah seperti kontainer, kantong plastik, atau wadah apa pun yang bisa menyimpan masker.

“Jadi sejauh yang saya baca, rekomendasinya memang disimpan di tempat-tempat itu. Intinya, jangan sampai masker tersebut dibiarkan gitu saja (ketika tidak digunakan),” tutup dr. Adam.

Ilustrasi Menyimpan Masker (Shutter Stock)