Kalau melihat kehidupan Deddy Corbuzier sekarang, bisa jadi kalian gak akan nyangka. Dia dulu hidup di keluarga yang sederhana sekali. Bukan berasal dari keluarga kaya raya gengs.
Ayah Deddy Corbuzier adalah seorang sopir yang merantau dari Banyuwangi ke Jakarta. Deddy menceritakan kehidupan masa kecilnya di channel Youtube Diaz Hendropriyono.
"Bokap gua dari Banyuwangi datang ke Jakarta nikah sama nyokap gue enggak punya duit. Jadi bokap gue dulu nyupir mikrolet. Nyokap gua bikin baju," kata Deddy kepada Diaz Hendropriyono.
Deddy menjalani masa kecil dan remaja dengan kehidupan yang sederhana bahkan bisa dibilang ada kalanya kurang. Hidup hemat di kota metropolitan. Sampek makan bakso satu mangkuk aja harus dibagi-bagi.
"Dan kita tuh ada ada dalam keadaan susah banget. Gue inget momen ketika makan itu beli bakso satu mangkok dibagi sekeluarga. Jadi cuma dapet bakso satu sama kuah. Gua ngerasain itu," kata Deddy Corbuzier.
Keadaan ini terus berlajut sampek akhirnya ayahnya bekerja di kantor. Hidup keluarga jadi sedikit lebih baik, tapi belum tergolong orang berada.
Deddy Corbuzier pernah hidup susah (Youtube Diaz Hendropriyono)
"Memang setelah itu bokap gua kerja di satu kantor sampe mulai okelah tapi engga bukan artinya dalam keadaan ada," ucapnya.
Deddy terus bekerja keras untuk mengubah hidupnya. Dengan menjalankan profesi yang dia inginkan. Hingga bisa sukses kayak sekarang dan membahagiakan orang tua.
Dia menceritakan momen haru dan bahagia ketika perama kali beli mobil Mercy. Ayahnya bangga banget kala itu.
"Momen paling mengharukan itu bokap gue selalu bercerita kalau orang kaya itu mobilnya mercy. Jadi gue beli Mercy dari showroom gue jemput bokap gue. Bokap nangis. Momen itu ngasih ngebuktiin ke bokap. Karena gue inget kata-kata bokap," ucap Deddy.
Makan bakso satu mangkuk buat sekeluarga (Instagram @mastercorbuzier)
Ayahnya juga yang mendukung dan ngasih semangat ketika Deddy pengen jadi pesulap. Jarang-jarang kan gengs, biasanya orang tua pengen anaknya kerja kantoran. Tapi ayah Deddy malah ngasih support dan beliin alat sulap.
"Di Indonesia dulu ada toko sulap terus bokap gue ngajakin ke toko sulap itu terus dia nanya harganya dan harganya di saat itu gue masih inget saat itu Rp600 ribu, harga alat mainan sulap. Saat kitu lu ngebayangin engga saat itu gue SMA, Rp600 ribu itu mungkin sekarang 7 jutaan, mahal lah. Dan gue tahu bokap gue engga punya duit saat itu. Memang makin lama makin bagus posisinya tapi begitu Rp600 ribu bokap gue bilang 'tapi kamu mau' ditanya mau ya mau. Terus dibeli. Ini gue sedih banget dan gue tahu dia engga punya duit dan gue dibeliin," kenang Deddy.
Momen itulah yang bikin Deddy semangat belajar sulap. Tak ingin mengecewakan orang tua yang udah berkorban buat dia.
Selalu didukung ayah (Instagram @mastercorbuzier)