Tahu gak sih, gara-gara kata-kata dari puisi yang dibacakan oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Azerbaijan beberapa waktu lalu telah menciptakan badai politik dengan Iran. Puisi dari Erdogan dianggap telah membuat rakyat Iran geram dan menuntut penjelasan dari presiden tersebut.
Seperti yang dilansir dari Indozone.id, pemimpin Turki itu berada di ibu kota Azeri Baku pada hari Kamis lalu untuk berpartisipasi dalam parade militer yang menandai kemenangan Azerbaijan atas Armenia dalam perang 44 hari di daerah Nagorno-Karabakh yang menewaskan ribuan orang.
Saat itulah, sang presiden puisi yang dianggap sangat menyinggung Iran.
Puisi yang dibacakan oleh Erdogan menyesalkan bagaimana Sungai Aras telah memisahkan orang-orang yang berbahasa Azeri di Azerbaijan dan Iran, yang merupakan simbol dari doktrin pan-Turkisme yang mengupayakan penyatuan semua orang Turki, termasuk mereka yang tinggal di Iran.
“Mereka memisahkan Sungai Aras dan mengisinya dengan batu dan batang. Saya tidak akan dipisahkan dari Anda. Mereka telah memisahkan kami secara paksa," kata puisi itu.
Untuk lebih memahami mengapa pesan itu membuat marah orang Iran, bisa disimak dari perjanjian yang ditandatangani hampir 200 tahun lalu yang menyimpulkan Perang Rusia-Persia, sebuah perang yang terus dianggap sebagai sumber rasa malu yang dibawa ke Iran oleh dinasti Qajar yang memerintah hingga 1925.
Perjanjian Turkmenchay menyerahkan kendali atas sebagian besar wilayah di Kaukasus Selatan ke Rusia dan menetapkan Sungai Aras sebagai batas antara kedua negara. Tanah-tanah itu sekarang merupakan sebagian besar Azerbaijan dan Armenia, dan bahkan sebagian Turki.
Jutaan warga Iran keturunan Azeri masih merasakan hubungan kekerabatan yang erat dan memiliki hubungan dengan Azeri di sisi lain perbatasan.
Jadi tidak mengherankan bahwa dalam tegurannya terhadap Erdogan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berkata dalam unggahannya.
Presiden Erdogan (Suara.com)
“TIDAK ADA yang dapat berbicara tentang Azerbaijan tercinta KAMI. Apakah dia tidak menyadari bahwa dia sedang merusak kedaulatan Republik Azerbaijan?" cuitnya pada Jumat lalu.
Kementerian luar negeri Iran juga memanggil utusan Turki untuk Teheran dan meminta Turki menjelaskan pernyataan Erdogan.
"Duta Besar Turki diberitahu bahwa mendasarkan kebijakan luar negeri pada ilusi tidaklah bijaksana," kata juru bicara kementerian luar negeri Saeed Khatibzadeh, menasihati para pejabat Turki untuk membaca sejarah.
Sebagai tanggapan pernyataan Iran tersebut, Turki juga memanggil utusan Iran untuk memprotes pernyataannya. Ini terjadi beberapa hari setelah Zarif menjamu mitranya dari Azeri Jeyhun Bayramov di Teheran untuk membahas hubungan bilateral lebih lanjut setelah perang.
Pada hari Sabtu, Zarif melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Turki Mevlut Cavusoglu yang mengatakan Erdogan tidak menyadari sensitivitas di sekitar puisi itu dan mengira puisi itu tentang Lachin dan Karabakh.
Turki juga menegur Iran karena "bahasa ofensif" yang ditujukan pada Erdogan.
Waduh semoga gak terjadi apa-apa deh ya gengs, gimana nih menurut kalian?
Presiden Erdogan (Ayosemarang.com)