Belakangan ini tengah hebod diperbincangkan netizen sosok pendakwah dan pegiat media sosial, Tengku Zulkarnain resmi menanggalkan jabatannya sebagai Wasekjen Majelis Ulama Indonesia atau MUI Pusat.
Meskipun begitu beliau mengaku tidak kecewa, mengingat dalam organisasi itu butuh yang namanya regenerasi.
Seperti yang dilansir dari Hops.id, lewat akun Twitter pribadinya, Tengku Zul mengucapkan selamat kepada pengurus MUI yang bakal menjabat selama lima tahun ke depan. Dia berharap, susunan baru tersebut tetap mengontrol dan mengritisi kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak pada rakyat.
Ucapkan Selamat
“Kami mengucapkan selamat kepada pengurus MUI periode tahun 2020-2025, semoga MUI ke depan semakin baik dan jaya. Tetap kritis terhadap kebijaksanaan pemerintah yang dinilai kurang pro rakyat dan umat. Selamat bekerja dan semakin sukses,” tulisnya, dikutip Senin 30 November 2020.
Tengku Zul (BentengSumbar.com)
Sebelumnya, saat masih menjabat sebagai Wasekjen MUI Pusat, pria yang acap mengenakan sorban putih itu acap mengaku, tak pernah sekali pun menerima upah atau gaji dari tempat dia ‘bekerja’ tersebut. Selain dirinya, pengurus MUI lain juga menerima hal yang sama.
Sehingga, kata dia, tuduhan yang menyebut MUI mendapat sokongan dana dari negara, sejatinya tidak benar alias keliru.
“Serupiah pun saya tidak digaji. Seluruh pengurus MUI mujahadah di MUI,” tulis Tengku Zul pada 6 November 2020 lalu, masih melalui akun Twitter pribadinya.
Tengku Zul (Fajar.co.id)
Timbulkan pertanyaan baru netizen
Pernyataan Tengku Zul tersebut sempat memunculkan satu pertanyaan baru di benak warganet. Seandainya MUI tidak menerima uang dari pemerintah, lantas bagaimana dengan uang sertifikasi halal? Sebab, dalam prosesnya, sertifikasi halal disebut-sebut memerlukan sejumlah biaya.
“Dana sertifikasi halal itu muamalat MUI dengan pihak yang diperiksa produknya. Alhamdulillah, sepeser pun dana LP POM untuk sertifikasi halal tidak pernah masuk ke pundi-pundi (kantong pribadi) saya,” tegasnya.