Pradyumna Kumar Mahanandia adalah warga negara India yang tinggal di New Delhi, India. Pada 1975, ia bertemu dengan Charlotte von Schedvin yang adalah seorang bangsawan asal Swedia yang datang ke India sebagai pelancong.
Saat itu, Pradyumna adalah seorang mahasiswa seni yang dimintai tolong oleh Charlotte untuk menggambar paras ayunya. Cinta di antara mereka bersemi, dan hubungan sempat dijalin selama sebulan sebelum Charlotte harus kembali pulang ke Swedia.
Selepas kepulangannya, kisah cinta merek dipisahkan jarak yang amat jauh. Singkat cerita, Pradyumna merasa harus menikahi kekasihnya itu. Untuk itu, Pradyumna yang tergolong miskin rela menjual harta-bendanya sebagai modalnya untuk menikahi Charlotte.
Karena keterbatasan biaya, Pradyumna terpaksa membeli sepeda dan mengumpulkan biaya yang tak lebih dari Rp 100.000. Semenjak tekadnya bulat, Pradyumna menggenjot sepedanya ke Swedia.
Tahun 1977, setelah 5 bulan perjalanan, Pradyumna tiba di Swedia meski petugas imigrasi menolak izin masuknya. Ia menghubungi Charlotte dan kemudian izin diberikan.
Tahun 1979 mereka menikah. Charlotte menerabas aturan kebangsawanan keluarganya yang melarang anak-anaknya untuk menikah dengan warga yang tidak berkulit putih.
Usia pernikahan mereka kini telah berjalan 40 tahun dan dikaruniai seorang laki-laki dan seorang perempuan. Pradyumna dan Chralotte hidup sebagai pegiat seni, sebagai guru musik dan pelukis.
Kemudian pada 2005, Pradyumna masuk ke dalam nominasi penerima penghargaan Nobel Perdamaian. Sementara pada 2014, ia dianugerahi gelar kehormatan dari sebuah universitas di India.
Pradyumna dari kasta Dalit, kasta terendah di negerinya, masih memegang prinsip bahwa nasib ditentukan oleh tangan sendiri.