Tsar Bomba, Bom Nuklir Terbesar Bikinan Uni Soviet dengan Daya Ledak Ribuan Kali Lebih Kuat dari Ledakan Hiroshima

Tsar Bomba, bom nuklir terbesar bikinan Uni Soviet dengan daya ledak ribuan kali lebih kuat dari ledakan Hiroshima.

Sejarah mencatat bahwa ledakan bom atom Hiroshima sangat kuat. Daya ledaknya cukup untuk menghancurkan seantero kota Hiroshima, Jepang, Agustus 1945 silam.

Korban jiwa akibat meledaknya bom atom itu mencapai ratusan ribu jiwa. Dampaknya kehancurannya sangat besar. Bahkan terasa hingga puluhan tahun kemudian.

Di balik itu, ternyata bom atom Hiroshima masih belom ada apa-apanya gengs. Masih ada bom nuklir yang bahkan ribuan kali lebih kuat dari ledakan Hiroshima. Bom nuklir itu diberi nama Tsar Bomba bikinan Uni Soviet.

Tsar Bomba tercatat pula sebagai bom terbesar di dunia. Bom termonuklir itu juga diyakini sebagai bom nuklir paling besar hingga saat ini. Nama aslinya adalah RDS-220 yang sering disebut juga sebagai Big Ivan.

Untuk mengetahui daya ledaknya yang sangat besar, Tsar Bomba pernah diuji coba di Pulau Novaya Zemlya pada 30 Oktober 1961 silam. Ketika diledakkan, bom ini menghasilkan ledakkan buatan manusia terbesar yang pernah tercatat.

Tsar Bomba dibuat oleh sekelompok ilmuwan Uni Soviet pada 1961. Saat itu masih terjadi Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat yang kian mencekam.

Ledakan bom atom Hiroshima tahun 1945 silam (history.com)

Britannica mencatat bahwa Tsar Bomba memiliki kapasitas hingga 100 megaton. Karena itu, bom nuklir ini dianggap terlalu bahaya. Bahkan hanya untuk uji coba sekali itu. Namun akhirnya, bom nuklir ini dimodifikasi dengan kapasitas menjadi 50 megaton saja.

Kekuatan itu sama dengan 3.800 kali kekuatan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada Perang Dunia II.

Kapasitas bom ini emang dikurangi separuhnya. Termasuk juga proses fusi dari bom nuklir yang turut diubah demi mengurangi dampak buruk yang terjadi saat diuji coba. Akhirnya, Tsar Bomba memiliki berat 27 ton dengan panjang sekitar 8 meter dan diameter 2 meter.

Saat uji cobanya, Tsar Bomba dibawa menggunakan pesawat bomber jenis Tu-95V yang telah dimodifikasi secara khusus agar aman dari ledakan. Pesawat itu dikemudian oleh Andrey Durnovtsev yang lepas landas dari Semenanjung Kola.

Bom RDS-220 alias Tsar Bomba (reddit.com)

Sekitar pukul 11.32 siang waktu Moskow, Tsar Bomba dijatuhkan di atas situs uji Selat Mityushika, di Pulau Novaya Zemlya yang tak berpenduduk. Bom nuklir terbesar sepanjang sejarah itu akhirnya meledak di ketinggian sekitar 4 kilometer di atas permukaan tanah. Ledakannya menghasilkan awan jamur setinggi lebih dari 60 kilometer.

Kilatan ledakan Tsar Bomba bahkan terlihat hingga 1.000 kilometer jauhnya. Oleh karena itu, Tsar Bomba dicatat sebagai bom nuklir terbesar di dunia.

Severny, sebuah desa yang tak berpenghuni lagi dengan jarak 55 kilometer dari titik ledakan pun berhasil rata dengan tanah. Bangunan lain yang jaraknya lebih dari 160 kilometer dari titik ledakan juga dilaporkan hancur. Dampak ledakan juga jelas terasa pada manusia.

Panas dari ledakan itu diperkirakan menyebabkan luka bakar level tiga untuk orang-orang yang berjarak 100 kilometer dari titik ledakan.

Awan jamur dari ledakan Tsar Bomba (imgur.com)

Pesawat pengangkut Tsar Bomba (nationalinterest.org)

Setelah itu, uji coba Tsar Bomba ini dianggap sukses dan sesuai dengan harapan pemerintah Uni Soviet.

Meski begitu, rancangan bom nuklir sekelas Tsar Bomba tak pernah dipertimbangkan untuk digunakan secara operasional. Bagi Soviet, ukuran bom yang terlalu besar membuatnya harus diangkut lebih dulu oleh pesawat berukuran besar. Kurang efisien.

Saat diterbangkan, pesawat berada di dalam risiko menerima serangan lebih dulu sebelum bom nuklir dengan daya ledak ribuan kali dari bom atom Hiroshima itu dijatuhkan. meski begitu, Tsar Bomba dianggap sebagai senjata propaganda yang berhasil menunjukkan kemampuan Uni Soviet dalam membangun senjata nuklir dengan daya ledak luar biasa.

Di balik itu, uji coba Tsar Bomba itu justru menimbulkan aturan pembatasan uji coba nuklir di bawah tanah. Pada 1963, Uni Soviet, AS, Inggris, dan banyak negara lain bergabung dalam kesepakatan tentang pembatasan tersebut.