Puncak memang jadi tempat wisata yang menyenangkan. Selain karena hawanya yang sejuk, pemandangan di puncak yang indah membuat dataran tinggi ini selalu jadi pilihan wisata banyak orang. Bahka tak hanya wisatawan lokal, banyak juga wisatawan mancanegara yan suka dengan suasana puncak di Indonesia. Tidak terkecuali puncak Bogor.
Namun, selain sebagai tempat wisata alam yang menyuguhkan keindahan alam dan suasana yang syahdu. Puncak Bogor juga kerap menjadi lokasi tempat prostitusi. Bahkan, kawasan puncak Bogor kini juga terkenal dengan fenomena kawin kontraknya.
# Fenomena Kawin Kontrak Berawal dari Kunjungan Turis Arab
Ada satu daerah di puncak Bogor yang karena saking ramainya dikunjungi turis Arab, daerah tersebut kemudian berubah nama menjadi Kampung Arab.
Kehadiran para turis Arab memang tak bisa dipungkiri dapat memutar roda perekonomian masyaraka sekitar. Namun, di sisi lain, kehadiran mereka memunculkan fenomena baru yang kurang baik, yaitu fenomena kawing kontrak.
Mengutip radarbogor.id, fenomena kawin kontrak telah terjadi sekitar Juli hingga September 2019. Di momen tersebut memang turis Arab sedang sangat banyak berkunjung ke puncak Bogor.
Meskipun telah diketahui latar belakang munculnya fenomena tersebut. Penelusuran radarbogor.id tidak berjalan semulus yang direncanakan. Sebab tidak mudah menemukan wanita yang mau dijadikan istri kontrak di kawasan warung kaleng, maupun di Kampung Ciburial. Padahal dua kampung tersebut merupakan tempat para turis Arab menghabiskan liburan mereka.
Indahnya pemandangan di puncak Bogor (pegi-pegi.com)
Sampai akhirnya, ditemukanlah seorang penjaja vila. Ia, sebut saja Billy, mengaku memiliki banyak kenalan wanita yang mau diajak tinggal bersama. Meskipun begitu, Billy tidak menyebutkan bahwa wanita tersebut mau dikawin kontrak. Sebab menurut Billy, fenomena kawin kontrak sempat viral, jadi banyak wanita yang kemudian takut terekspose karena melakukan kawin kontrak.
Lebih lanjut Billy menjelaskan bahwa setelah fenomena kawin kontrak yang viral, wanita di daerah puncak kini enggan melakukan ijab kabul secara kontrak. Kini, yang ada justru dengan metode sewa. Soal waktu sewa sangat beragam, ada yang seminggu, ada juga yang sebulan.
# Salah Satu Wanita yang Melakukan Praktik Sewa
Sebut saja Dara. Salah satu wanita yang melakukan cara sewa ini untuk mencari rezeki. Ia adalah janda berusia 26 tahun yang memiliki satu anak. Dara tinggal di Kawasan Cipanas Cianjur, asli warga Tugu Utara.
Ketika ditawari soal kawin kontrak, Dara mengaku enggan. Ia malah menawarkan diri untuk menemani dengan tarif sewa per malam, yaitu sebesar Rp1 juta/malam.
“Aduh, kalau langsung aja gimana. Enggak usah kawin kontrak segala,” kata Dara.
# Trauma Akibat Kawin Kontrak yang Pernah Dijalaninya
Ilustrasi tentang fenomena kawin kontrak (metro.sindonews.com)
Selidik punya selidik, Dara ternyata pernah trauma. Lantaran tiga tahun lalu ia pernah melakukannya dan mengalami perlakukan kasar dari suami kontraknya.
Dara mengaku, karena problem bahasa antara keduanya, suami kontraknya sering melakukan tindakan kasar.
Selain itu, Dara juga menuturkan bahwa kawin kontrak sekarang sudah jarang dilakukan. Saat ini wanita lebih memilih untuk menjajakan tubuhnya dari vila ke vila saja. Yang lebih minim risiko karena tidak ada ikatan apa pun antara mereka dan si pria.
“Sebenarnya sudah enggak ada (kawin kontrak, red). Pada trauma soalnya. Jadi paling seperti ini (WTS red). Sewa tiga hari plus vila. Bayar, main, selesai. Susah kalau kawin kontrak, pada enggak mau,” ucap Dara.
Oh, jadi begitu ternyata ceritanya.
Banyak wanita pelaku kawin kontrak mengaku trauma (twitter.com)