Wanita nusantara jaman dahulu gak pakai kutang atau bra gengs. Di nusantara Wanita bertelanjang dada adalah hal yang biasa. Kaum laki-laki juga biasa aja ngeliatnya.
Hal ini terjadi karena kain adalah barang yang mewah. Mahal dan susah di dapat. Jadi ya kalau punya kain cuma buat nutupin tubuh bagian bawah aja. Para bangsawan yang biasanya pakai kemben atau busana yang lebih tertutup.
Dari jaman kerajaan hingga kolonial Belanda, wanita Indonesia masih banyak yang gak pakai penutup dada. Makanya, relief atau prasasti peninggalan sejarah, banyak yang patung atau gambar wanitanya tanpa penutup atas.
Lalu gimana ceritanya, kutang bisa masuk ke nusantara?
Dalam buku berjudul Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil yang terbit pada 2007 ditulis. Dulu Daendels menjalankan proyek jalan raya Pos Anyer – Panarukan. Salah seorang mandor proyeknya tuh bangsawan berdarah Spanyol – Prancis bernama Don Lopez Comte de Paris.
Potret wanita nusantara jaman dulu (ngehits.net)
Dia terkejut donk ngelihat banyak wanita nusantara yang bertelanjang dada. Karena budaya sana udah menutup dada, dia berteriak pada perempuan-perempuan nusantara untuk meutupi dadanya.
Dia terus mengucap kata Coutant! Yang artinya adalah "berharga. Bermaksud meminta para perempuan menutup dadanya. Dia lantas memberikan kain pada seorang perempuan untuk menutup dadanya.
Hanya bangsawan yang menutup dada (blogunik.com)
Coutant adalah asal mula nama kutang gengs. Bahasa Jawa buat bra atau penutup dada. Para perempua itu mulai memakai kemben. Baru setelah periode 1900-an, perempuan di Jawa mulai mengenakan kebaya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kutang dimaknai sebagai pakaian dalam wanita untuk menutupi payudara atau baju tanpa lengan. Saat ini kutang atau BH sudah lazim digunakan oleh wanita di dunia.
Foto wanita di bali (balimediainfo.com)