Balada Istri Seorang Pelaut, Dilema Hidup Mandiri Hingga Cemoohan Tetangga

Risiko dan dilema seoarang istri pelaut yang harus bisa hidup mandiri ketika sang suami melaut.

Memutuskan menikah adalah sebuah konsekuensi dalam hidup, sebelum menikah pasti sudah mengetahui berbagai kondisi yang kemungkinan akan dihadapi setelah itu. Pertimbangan dari berbagai aspek mulai agama, latar belakang keluarga hingga pekerjaan calon suami pasti sudah diketahui sehingga mantap untuk berani menikah.

Pembahasan konten kali ini kita akan sedikit membahas tentang risiko dan dilema hidup yang harus dialami oleh istri seorang pelaut ketika ditinggal sang suami melaut dan pulang lama bersumber dari sebuah tulisan website kplptanjunguban.wordpress.com. 

Sebagai pelaut, sudah pasti jarang di rumah.Jika suami berlayar 7-10 bulan dan hanya ada di darat paling lama 2 bulan.  Oleh karena itu, jangan berharap dia akan jadi penjaga yang selalu berada di sisimu dan menemani di setiap momen.

Banyak resiko yang harus dihadapi oleh istri seorang pelaut yang berada dirumah, kerinduan, kesepian dan kerisauan. Pokoknya dari urusan anak sekolah hingga urusan genteng bocor istri pelaut itu harus bisa mengerjakan sendiri. Walaupun anggapan memang untuk nafkah dari segi materil pelaut memang pasti memiliki pendapatan yang besar. 

Namun jangan lupa, semua itu juga harus dibayar dengan mahal bukan hanya soal nafkah materil saja. Perempuan yang ingin jadi istri pelaut haruslah seorang perempuan yang bermental baja. mengapa? Karena jika istri pelaut cengeng, akan sulit untuk menjalani hidupnya,ketika ada keperluan sendirian dan Hamil sampai melahirkan pun tidak ditungguin.

Istri pelaut juga seringkali dicemooh orang.Ketika baru menikah selama beberapa bulan, suami terpaksa pergi berlayar ikut kapal perusahaan tertentu.  Kita ditinggalkan sendirian di rumah.  Kita memulai hidup yang sebenarnya, yaitu hidup seperti keluarga dan pasangan pelaut biasanya. Berpisah jauh-jauh.

Kita kerap kali dapat cemoohan dari para teman-teman atau tetangga. Kata-kata yang tidakkan terlupakan adalah perkataan harusnya tidak di ucapkan. Terlebih lagi kala mereka tahu kita sudah mengandung. Ada banyak kata-kata yang tidak membangun.Tapi semuanya itu hanyalah konsekuensi dari apa yang telah dipilih.

Istri yang mandiri. Tiap berangkat kerja naik motor sendiri, kita menjadi orang yang tidak bergantung kepada orang lain Tapi syukur pada Tuhan kita yang selalu berada dalam lindungannya. mereka tak tahu hati kita yang sering menanggung kesedihan sendiri,terkadang menangis dalam hati sambil menahan perasaan.

Ternyata faktanya, banyak istri pelaut yang bisa mengatasi masalah tersebut. Melakukan kegiatan positif, bekerja, atau sekedar jalan-jalan menjadi kebiasaan yang pastinya lambat laun semuanya akan terlihat baik-baik saja. Yang terpenting ingat, omongan orang yang negatif itu tidak perlu terlalu jauh disimpan di hati, Kita hidup tidak ditentukan oleh perkataan orang lain. Keluarga kita tidak ditentukan oleh perkataan rendah dari mulut-mulut yang tidak berperasaan.

Foto Prosesi Pernikahan Pelaut