Tren pesan antar makanan sedang naik daun. Apalagi dengan munculnya berbagai aplikasi pesan antar, dan kemudahan bertransaksi. Beberapa gerai makanan dan minuman pun akhirnya berlomba-lomba menyiapkan kemasan untuk layanan pesan antar.
Kemudahan dan kecanggihan teknologi memang ada baiknya. Kita jadi dimudahkan karenanya. Tapi sayangnya, karena kemudahan itu kini ada banyak sekali sampah yang muncul karena gaya hidup baru ini.
Gak cuma layanan pesan antar yang membuat sampah kemasan akhirnya membludak. Layanan dine in atau makan/minum di tempat bahkan sekarang mulai banyak yang menggunakan kemasan sekali pakai dengan alasan praktis dan hemat tenaga.
Padahal tahu sendiri kan, negara kita ini sedang darurat sampah.
# Salah Satu Bisnis Kopi dengan Kemasan Plastik
Janji Jiwa, salah satu bisnis kopi yang sedang naik daun punya alasan mengapa mereka menggunakan kemasan plastik untuk kopinya.
Menurut CEO dan founder Jiwa Group, Billy Kurniawan. Sedotan plastik masih jadi solusi paling baik karena tahan lama.
"Sedotan paper kalau kena air gampang rusak, padahal selama perjalanan kan kantong bisa berembun. Jadi, paper straw bukan solusi delivery-based product," ujar Billy.
Untuk mengemas kopi, Janji Jiwa juga menggunakan kantong plastik biasa. Dengan alasan jika menggunakan kantong cassava untuk pesan antar, kantong plastik tidak kuat dan tahan lama. Sehingga di jalan bisa pecah.
Meskipun demikian, Billy mengaku meminimalisasi penggunaan plastik dengan menggunakan kemasan kertas untuk makanannya. Agar sejalan dengan komitmen Sayang Bumi.
Billy pun menjelaskan bahwa plastik sebenarnya bukan masalah utamanya, terutama jika bisa recycle. Ia kemudian mengajak semua orang bisa mengelola sampah plastik yang pernah dipakainya.
Kemasan kpi Janji Jiwa (liputan6.com)
# Pencemaran Sampah Plastik di Indonesia
Berdasarkan penelitian Jenna R Jambeck dari University of Georgia. Di seluruh dunia ada sekitar 275 juta ton sampah plastik, dan 4,8-12,7 ton-nya mencemari lautan.
Nah, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah pencemaran sampah plastik terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok.
# Alternatif untuk Solusi Masalah Sampah di Indonesia
Akan sangat sulit jika harus meminta para pebisnis makanan dan minuman untuk mencari substitusi kemasan untuk produk mereka.
Jadi, alangkah baiknya jika kita dulu yang punya kesadaran untuk mengontrol penggunaan kemasan plastik. Misalnya dengan bawa botol tumbler sendiri ketika beli kopi.
Sampah kemasan hasil konsumsi minuman dan makanan (rukita.co)
Atau bawa tempat sendiri ketika beli makan. Gak susah kok, tinggal taruh aja di bagasi motor tiap ke mana-mana. Jangan lupa juga untuk sediakan kantong belanja sendiri tiap ke mana-mana. Dan kurangi beli makanan pesan antar.
Yuk, mulai bangun kesadaran ini demi kondisi lingkungan yang lebih baik dan keberlanjutan.
Mengurangi sampah dengan membawa botol minum dan tempat makan sendiri ke mana-mana. (merahputih.com)