twitter @moedainstitute
Gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang terjadi pada Minggu, 29 Juli 2018 pagi lalu segera menjadi sorotan dunia. Pasalnya, gempa berkekuatan 6,4 SR itu mengguncang salah satu destinasi populer di dunia.
Getaran gempa terasa hingga ke wilayah lain, seperti di kawasan Kepulauan Sunda Kecil. Warga Bali pun ikut merasakannya pula. Gempa besar itu bahkan memakan 14 korban jiwa, satu di antaranya adalah warga negara asing.
Kedutaan Malaysia di Jakarta memastikan, setidaknya 37 warga negaranya ikut terdampak saat mereka melancong ke Lombok. Satu tewas, enam lainnya cedera serius, sementara lainnya selamat.
Pihak BMKG mengatakan, episentrum gempa bumi berada di darat, sekitar 47 kilometer timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, di kedalaman 24 kilometer.
Tak hanya BMKG, sejumlah lembaga pemerintah beberapa negara pun juga ikut memantau aktivitas seismik tersebut. Mulai dari lembaga pemantau gempa independen yang berbasis di Prancis, European-Mediterranean Seismological Center (EMSC), hingga lembaga pemerintah Amerika Serikat (AS), US Geological Survey (USGS).
Kabar gempa di Lombok bahkan menjadi sorotan dunia setelah sejumlah media asing mengangkat peristiwa tersebt. Di antaranya adalah media Inggris, BBC. Dua media AS seperti New York Times dan CBS; media Malaysia, News Strait Times; termasuk juga media asal Rusia, RT.
twitter @BNPB_Indonesia
Masing-masing media asing tersebut menyoroti gempa di Lombok, korban tewas, kerusakan yang terjadi, termasuk pula komentar-komentar turis dan pengalamannya atas gempa yang mengguncang Lombok. Ada pula yang menyoroti situs Gunung Rinjani yang longsor dan penutupan area tersebut.
Bencana gempa di Indonesia kerap mendapat sorotan dunia. Ini terjadi karena populasi yang besar dan letak Indonesia yang berada di lempeng tektonik dan rentan akan aktivitas seismik. Belum lagi karena sejumlah warga asing ikut jadi korban akibat bencana tersebut.
twitter @BNPB_Inodnesia