Aku sudah terbiasa hidup prihatin sejak kecil. Ayah dan ibu bukan orang yang berada. kami bisa makan sehari 3 kali itu sudah hal yang membahagiakan. Karena gak jarang, tidak tersedia makanan di rumah.
Aku sekolah dari SD dan SMP di sekolah negeri dengan kualitas yang cukup buruk. Kami adalah anak-anak yang kurang mampu. Bangunan sekolah yang usang dan kotor menjadi tempat satu-satunya untuk belajar.
Kehidupan orang miskin membuatku gak pernah membayangkan bisa beli baju dan sepatu bagus. Atau jalan-jalan seprti di acara-acara TV. Aku hanya bisa melihat semua dari layar kaca.
Kini aku udah menginjak kelas dua SMA. Ternyata hidup benar-benar bisa berubah.
Sejak satu tahun yang lalu, ayahku yang awalnya serabutan mulai buka usaha. Jualan soto keliling kampung. Kini dalam satu tahun, warung soto ayah sudah 4. Masih mau buka cabang lagi di luar kota.
Aku merasa kehidupan kami berubah dan bersukur. Apa yang kuimpikan dulu bisa tercapai. Sekolah bagus, barang-barang bagus, skincare layaknya gadis-gadis lainnya. Bahkan aku udah dibelikan mobil sama Ayah di ulang tahun ke 17.
Benar-benar kehidupan yang indah kan?
Suatu hari ayah pulang membawa banyak uang. Uang itu digunakan untuk modal berdagang. Dagangan ayah laris manis. Kurasa doa yang kami panjatkan selama ini terkabul. Tuhan mulai membukakan pintu rejeki buat kami.
Hanya bisa menatap dari layar kaca (imperial.ac.uk)
Tapi, ditengah kehidupan yang semakin mudah dan mewah, ayah berubah. Dia jarang beribadah dan berdoa lagi. Selalu pergi beberapa malam setiap tiga bulan sekali, Setiap malam bulan purnama ayah gak di rumah. Ibu hanya bilang ayah ada urusan penting. Bahkan ibu aja gak pernah dia ajak.
Suatu hari, tepat malam satu Suro aku mengikuti ayah diam-diam. Menyewa mobil dan ikut ke mana ayah pergi.
Setelah beberapa jam perjalanan, ayah berhenti di sebuah gapura masuk ke dalam area kaki sebuah gunung di Jawa Timur. Dia berjalan dengan perlahan di dalam kegelapan.
Aku terus mengikuti ayah. Hingga sampai di pendopo khas jawa dengan pilar-pilar kayu coklat dan ukiran tumbuhan. Ada ukiran naga di 4 sudut ruangan.
Ilustrasi mobil (businesinsider.com)
Ayah masuk ke dalam dan keluar dengan menggunakan baju khas Jawa beserta jarik. Aku terus mengamati apa yang terjadi. Hingga tiba-tiba seseorang datang membawa sesaji dan dupa yang semerbak.
Dia dan ayah pergi ke belakang pendopo. Ternyata di belakangnya ada air mancur dan sebuah kolam jernih. Laki-laki yang bersama ayah menaburkan bunga dan memasang dupa.
"Duduk di tengah kolam, diamlah hingga matahari terbit. Jangan bergerak dan jangan melakukan apapun," katanya.
Setelah cukup lama menunggu aku semakin gelisah. Tiba-tiba ada sesosok makhluk tinggi besar dengan rambut panjang mendekati ayah.
Aku spontan langsung berteriak, "Ayah! Awas!!"
########
Aku kaget sekali dan tiba-tiba bangun dari mimpi. Rasanya aku benar-benar naik mobil dan mengikuti ayah. Tapi ternyata semua hanya mimpi.
Aku merasa lega... Hingga kudengar ibu berteriak histeris dan menangis. Aku langsung menuju kamar ayah dan ibu.
Ibu menangis di samping ayah. Sedangkan ayahku... tidak bergerak sama sekali. Matanya terbuka, lidahnya terjulur dan tangannya kaku.
"Ayahmu... gagal melakukan ujian pesugihan Resti...," kata ibu sambil menangis sejadinya.
Ayah, jadi tumbal karena gagal ritual.
Cerita ini hanya fiktif belaka. Semoga menjadi hiburan untuk teman-teman semua.
Gunung jawa timur (gunung.id)