Seorang nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) bernama Zainuddin pernah mengalami kejadian pahit di Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Suatu hari, Zainuddin menjadi korban penipuan. Uangnya di dalam ATM sebesar Rp44 juta terkuras dalam waktu singkat pada April 2020 lalu.
Lelaki asal Jombang, Jawa Timur itu mengaku sempat mendapt telepon dari orang tak dikenal. Seperti biasa, orang itu mengaku sebagai petugas dari BRI. Setelah berbincang di telepon, uang Zainuddin pun hilang dalam waktu 11 menit saja.
Manajer Operasional Kantor Cabang BRI Jombang, Syamsul Arifin mengatakan kejadian itu termasuk dalam kategori social engineering. Korbannya berhasil terperdaya dan secara tak sadar telah menjadi korban penipuan.
Ini nih yang perlu kita waspadai gengs. Tapi sebelumnya, kita perlu tahu apa itu social engineering.
Secara umum, social engineering adalah sebuah tindakan memperoleh informasi dari seseorang lewat beragam cara atau modus. Cara itu dilakukan agar seseorang memberikan beberapa hal yang diperlukan, mulai dari PIN ATM, password, kode khusus, dan hal-hal penting lainnya.
Mereka yang awam dalam kasus ini biasanya rentan tertipu. Soalnya, pelaku social engineering ini biasanya menyamar sebagai karyawan sebuah institusi. Entah itu bank, koperasi, dan lain sebagainya demi meyakinkan korbannya.
Pelaku yang menggunakan teknik social engineering ini biasanya melakukan aksi lewat sambungan telepon atau suara. Hal ini banyak dipilih karena bisa berkomunikasi secara langsung kepada targetnya.
Waspadai teknik "social engineering" gengs! (freepik.com)
Pelaku social engineering menyerang sisi psikologis korbnnya. Korban pun biasanya gak sadar kalo mereka sedang ditipu. Cara-cara lainnya bisa dalam bentuk SMS undian berhadiah, menyebarkan link palsu, macem-macem deh.
Sekurang-kurangnya, ada dua teknik social engineering yang umum dilakukan dan patut diwaspadai.
Pertama adalah "Techie Talk" (ahli bicara). Dalam teknik ini, pelaku akan berpura-pura menjadi petugas dari institusi tertentu yang biasanya membuat korban panik bahwa akunnya telah diretas. Ujung-ujungnya, pelaku bakal minta password agar dibantu untuk pemulihan akun.
Kedua adalah "Phishing". Pelaku biasanya adalah penipu yang membuat laman website tiruan yang sama persis dengan yang asli. Hal ini memungkinkan pencurian nama akun dan password korban saat berusaha masuk lewat halaman web tersebut.
Kekayaan kita bisa raib dalam hitungan menit doang! (freepik.com)
Nah, kalo kasus yang dialami Zainuddin tadi adalah dengan cara ditelepon. Zainuddin mendapat telepon dari petugas BRI yang menyebut bahwa Zainuddin mendapat kesempatan memenangkan undian.
Dari situ sebenarnya udah ketahuan kok kalo si penipu berusaha memainkan sisi psikologis Zainudin dengan mengiming-imingi hadiah besar. Karena senang, Zainuddin pun percaya-percaya saja. Zainuddin pun tak sadar bahwa data-data pribadinya diminta, hingga uangnya pun raib dikuras si penipu dalam waktu singkat.
Nah, biar hal begini gak kejadian lagi, biasakan diri untuk bersikap kritis gengs dan gak mudah pecaya dengan tawaran dalam hal apa pun. Mulai dari iming-iming hadiah hingga sesuatu yang bisa membuat panik seperti akun telah diretas dan sebagainya.
Ada baiknya sih tanyain dulu sebelum kita bertindak lebih jauh. Kalo dirasa ada yang janggal, coba segera hubungi pihak-pihak resmi terkait untuk mengonfirmasi.
Pelaku biasanya meminta data pribadi korbannya (freepik.com)
Social engineering adalah salah satu modus penipuan yang ampuh. Soalnya, teknik ini akan memainan sisi psikologis manusia yang emang rentan dimanipulasi.
Dalam kasus yang menimpa nasabah BRI itu, korban pun menyerahkan datanya begitu saja tanpa merasa curiga apa-apa. Korban yakin bahwa dia telah dihubungi petugas resmi. Pokoknya curiga lebih awal deh kalo dapet telepon dari orang atau nomor tak dikenal.
Sebaiknya kita udah mulai curiga sih dari awal (freepik.com)