Misteri Kamar Pintu Merah Di Rumah Sahabatku yang Kaya Raya

Heri datang ke kota untuk mencari pekerjaan. Gak disangka malah ini yang dia dapatkan.

Cuaca di luar panas banget, aku menunggu Anto di dalam sebuah kafe dekat staisun. Aku baru aja tiba di Jakarta, setelah berjam-jam perjalanan dari Wonosobo. Jakarta panas banget.

Aku menyeruput satu gelas es kopi, hingga akhirnya Anto datang. Aku melambaikan tangan.

"Udah lama bro?" tanyanya sambil duduk di depanku.

Namaku Heri, di depan ini adalah sahabat aku sejak kecil. Dia baru dua tahun buka toko baju di Jakarta. Sekarang udah sukses dan kaya. Aku ngelihat bajunya rapi banget dan kelihatan mahal.

"Baru aja sampek, panas banget ngadem di sini," jawabku.

Kita gobrol sebentar dan langsung menuju rumahnya.

"Wah, keren nih udah punya mobil kamu bro," kataku melihat mobil Anto yang bagus.

"Alah, kamu juga bisa punya kok kalau mau, katanya.

"Gimana caranya? Baru juga mau nyari kerja," kataku.

Cukup lama kami dalam perjalanan, mana macet lagi. Setelah satu jam perjalanan kami sampai di rumah. Besar dan bagus juga rumah Anto ini. Halamannya luas dan ada satu pembantu. Dia beneran udah jadi oang kaya. Begitu pikirku dalam hati.

Anto ngajak berkeliling rumah, setelah ngobrol sebentar aku bilang padanya mau istirahat. Lalu aku tidur sampek sore. Pas bangun Anto lagi gak ada di rumah. Kata si mbak, dia sedang pergi ke toko.

Kuamati lagi rumah besar itu. Ada empat kamar, satu dapur, satu ruang tamu, ada taman di depan dan belakang, dan kamar pembantu di samping. Dari empat kamar itu, satu au tempati, satu kamar Anto, satu lagi kosong dan kamar terakhir dengan pintu berwarna merah. Anto tidak menunjukkan ruangan itu tadi pas keliling.

Ilustrasi cafe (cafesmitten.com)

Aku penasaran dengan ruangan itu. Kucoba membukanya tapi ternyata terkunci.

"Mba, ini kamarnya dikunci?" tantaku pada mbak yang kebetulan lewat.

"Iya mas," jawabnya singkat.

"Mau lihat donk," kataku. Entah kenapa aku penasaran banget sama kamar satu ini. Jenis pintu dan warnanya beda sama kamar lainnya.

"Maaf mas, saya ndak berani buka. Jangan deket-deket sama kamar ini Mas. pak Anto melarang siapapun masuk dan dekat-dekat," ujar si mbak.

Pas Anto pulang malam itu, aku menanyakan perihal kamar pintu merah. Apa ada misteri di dalamnya..

"To, kamar yang pintunya merah itu buat apa sih? Kok aku penasaran ya?' kataku saat kai makan malam bersama.

"Kamu penasaran? Besok ya aku kasih lihat," jawab Anto.

"Gimana? Udah ada kabar dari tes online kerjaan yang kamu lamar" tanya Anto.

"Besok aku diminta datang ke kantornya,"jawabku.

Ilustrasi rumah Anto (trinitypoint.com.au)

Anto kemudian bercerita gimana dia membangun bisnisnya. Kami lantas ngobrol sampai larut malam.

Aku baru aja pulang dari kantor tempat melamar kerja. Tadi ada sesi wawancara. Mereka katanya cocok dan langsung menerimaku jadi pegawai. Aku seneng banget langsung dapat pekerjaan.

Ngabarin orang rumah, dan ibuk tampaknya juga seneng banget. Aku bakalan bisa bantuin orang tua buat biayain adek-adek. Aku jjga gak sabar ngasih tahu Anto kabar gembira ini.

Anto sampai rumah udah jam 21.30 WIB. Dia tampak aneh, wajahnya agak surem.

"Surem amat tuh wajah?" tanyaku padanya.

Anto lantas duduk di kursi dan melonggarkan kemejanya.

"Iya nih bro, ada hal penting yang herus aku lakukan hari ini.

"Apaan?" tanyaku penasaran.

Anto diam sejenak. Lalu menjawab "Kamu penasaran kan sama kamar pintu merah itu? Kan aku kemarin bilang mau nunjukin apa isinya."

Ah, iya! Aku panasaran banget. Aku mengikuti Anto menuju kamar tersebut.

Kami berdua memasuki pintu merah itu bersama. Setelah berada di dalam Anto langsung menutup pintu. Di dalam gelap, dia lalu juga menyalakan pintu.

Begitu terang.... aku kaget banget.

Isinya kayak tempat dukun. Ada kursi kayu di tengah ruangan dan di depannya ada bunga dan makanan. Mirip sesajen...

Aku manoleh ke Anto yang masih dibelakangku. Tapi tiba-tiba....Bugh!!

Anto memukul kepalaku, sakit... Sepertinya berdarah juga. Kepalaku pusing.

Bugh! Kepalaku dipukul lagi tanpa ba bi bu..

"Anto...kenapa..." tanyaku sambil menahan sakit.

"Nyai, ini tumbal saya," aku mendengar Anto bicara.

Tiba-tiba ada seorang wanita cantik yang duduk di kursi. Memakai kebaya hitam dan bersanggul.

Dia berjalan mendekatiku... Aku... udah gak bisa membuka mata lagi... semuanya kabur...

Halo gengs, kisah ini hanya fiktif belaka ya.. semoga kamu menikmati ceritanya... 

Ilustrasi pintu merah (booking.com)