Sebel dengan Keluarga dan Temen yang Santai Menghadapi Corona? Begini Saran Psikolog

Kamu takut karena virus masih berterabaran di luar sana. Itu wajar kok.

Seelah sekian lama bener-bener menjaga jarak dan gak ketemu sama orang lain. Situasi sekarangtampak sedikit kembali ke norma. Pemerintah mengggunakan istilah new normal atau normal yang baru.

Beragam kegiatan dan aktivitas mulai kembali berjalan dan semakin banyak orang di berada di luar. Tapi tetap saja, corona masih ada di udara dan banyak tempat yang gak kita tahu. Teror untuk kena infeksi masih ada.

Buat kamu yang tinggal serumah dengan banyak orang atau sekosan dengan beberapa teman. Bisa jadi timbul masalah yang meresahkan. Apalagi kalau teman serumah atau sekosan itu orang yang suka pergi ke mana-mana.

Ya, karena virus corona belum hilang dan kalian semua bisa sakit!

Jadi kalau kamu adalah salah satu orang yang takut melihat temanatau keluarga yang suka keluar rumah. Ini saran dari psikolog untuk mengutarakan saran dan pikiran kamu.

Ya, bukan cuma kamu kok. Pasti banyak orang di luar sana yang juga sebel sama keluarga atau temannya yang terlalu santuy dan gak menghiraukan peraturan di era new normal.

1. Mulailah dengan mengajukan pertanyaan tulus tentang dari mana dia datang

Bahan penting untuk percakapan yang sulit adalah kesediaan untuk melihat perspektif orang lain, Marisa G. Franco, Ph.D., seorang psikolog di Washington, D.C., dan penulis buku yang akan datang tentang persahabatan.

Kamu bisa bertanya tapi tetap Dengan empati. Jangan sambil marah-marah kalau gak mau hubungan kalian jadi buruk. Mereka kemungkinan memiliki kebutuhan, kecemasan, pengalaman masa lalu, dan sumber informasi lain yang mereka andalkan ketika mereka memutuskan bagaimana menangani jarak sosial saat ini.

Mungkin kamu sungkan dan gugup. Jika kamu ingin seseorang mendengarkanmu dan memahami sudut pandangmu, mulailah dengan melakukan hal yang sama untuk mereka. Katakan juga kamu khawatir kalian terkena virus atau apapun kekhawatiranmu.

Tinggal bersama keluarga (family.lovetoknow.com)

2. Jangan menghakimi

Oke, menghakimi dan merasa benar adalah hal yang biasa dilakukan. Terutama jika kamu merasa benar. Tapi penghakiman dapat menyebabkan menyalahkan. Seringkali terasa sangat menyenangkan untuk melepaskan emosi ini pada orang yang dimaksud, Franco mencatat, tetapi itu tidak kondusif untuk mencapai pemahaman.

Dengan keinginan menghakimi, bisa jadi percakapan kalian bakalan berlangusng gak baik. Jadi gengs, hilangkan rasa dan keinginan ini sebelum ngobrol sama orang yang kamu sayangi. Kamu gak mau hubungan kalian jadi buruk kan? Padahal serumah atau sekosan.

3. Cari tahu batasanmu dan ungkapkan dengan jelas

Misalnya pasanganmu ingin keluar berdua, orang tua pengen berkunjung atau anggota keluarga yang sering banget main ke luar. Bikin emosi ya?

Kalau kamu merasa gak nyaman, mengatakan tidak atau menolak sesuatu adalah hal yang wajar. Kamu punya batasan sendiri danungkapkan itu dengan jelas. Tawarkan solusi misalnya untuk acara virtual bersama keluarga, makan malam romantis dirumah dengan memesan online bersama pasangan, dan mengingatkan saudara untuk menjaga diri. Tawarkan solusi ya gengs.

Bicara baik-baik (viki.com)

4. Tetap ingatlah kalau semua orang berbeda

"Terima ketidakberdayaanmu," kata Franco. Kamu gak bisa membuat orang lain melakukan apa yang kamu inginkan. Kamu bisa membagikan pengalama, bisa memahami, tetapi pada akhirnya itu mungkin tidak mengubah cara teman atau keluarga memilih melakukan jarak sosial dan bersikap tentang new normal.

Kalau kamu udah melakukan apa yang kamu bisa untuk mengungkapkan pikiran, ngasih solusi dan mencoba mengerti. Pada akhirnya apapun keputusan orang lain akan sulit kamu ubah.

jaga diri sendiri dengan baik dan hindari stress karena masalah ini.

Sabar ya gengs... (latimes.com)