Buat penyuka kisah seram, ada lagi nih cerita dari akun Facebook Rziv yang menceritakan sebuah misteri di hutan karet. Seperti apa kisahnya? Yuk kita kepoin.
Malam ini hujan turun deras, petir menggelegar terdengar saling bersahutan di atas langit malam. Sudah begitu lama musim panas ini melanda, sepertinya inilah waktu yang tepat untuk musim hujan pulalah yang mendapat gilirannya.
Malam ini adalah malam minggu, konon katanya malam ini adalah malam yang panjang bagi kaum muda, akan tetapi aku kurang setuju, karena bagiku semua malam itu sama saja panjangnya, namun hal itu juga tergantung dengan situasi apakah yang sedang kita hadapi.
Sebagaimana halnya dengan malam ini, sepertinya aku harus mengakui bahwa malam minggu ini adalah malam yang cukup panjang dan mencekam daripada malam-malam minggu yang sebelumnya. Karena malam ini aku harus menginap dirumah kakek ku di sebuah desa yang terpencil dan cukup jauh dari pusat kota.
Aku ingin ceritakan sedikit cerita mengenai desa kakek ku ini.
Desa kakekku ini adalah sebuah desa yang kecil, desa ini adalah desa petani yang kebanyakan mereka berasal dari kota maupun luar kota.
Disini, mereka hanya bekerja untuk menggarap ladang mereka, dan biasanya mereka selalu pulang dalam waktu seminggu sekali walaupun kadang-kadang ada juga yang pulang dua minggu sekali.
Biasanya mereka selalu pulang pada hari sabtu dan akan kembali lagi ke ladang mereka pada hari senin pagi.
Seperti pada saat ini, suasana desa kakekku ini benar-benar sepi dan mencekam. Tidak ada suara manusia yang terdengar berceloteh, tidak ada kendaraan yang berlalu lalang, semuanya seakan sibuk menyembunyikan diri mereka masing-masing di dalam rumah.
Hutan (Mojok.com)
Oh iya, saya baru ingat, bahwa lebih dari separuh petani di desa ini sudah pulang ke kampung mereka sore tadi, termasuk juga Pak Witan teman baik ayahku yang berasal dari kota.
Jumlah rumah di desa ini tidak lebih dari 30 rumah. Jarak antara satu rumah dengan rumah yang lain terbilang cukup jauh, adalah sekitar puluhan meter. Jadi rumah penduduk disini tidak merata dan tidak berdekatan, mereka kebanyakan mendirikan rumah di ladang mereka masing-masing.
Dulu, sewaktu aku masih kecil, tepatnya sewaktu aku masih duduk di bangku SD, kakek ku sering menakutiku dengan cerita-cerita hantu yang menunggu rumah kosong sekitar 100 meter dari rumah kakekku. Aku tidak tahu apakah cerita itu benar dan ataukah hanya sebatas dongeng yang menakutiku agar aku tidak bandel lagi dan cepat tidur.
Kini di umurku yang menginjak 23 tahun ini, aku memutuskan bahwa cerita itu hanyalah dongeng belaka yang di peralat oleh kakekku dengan tujuan yang tidak lain hanyalah untuk menakut-nakutiku yang pada waktu itu sangat bandel. Namun, entah mengapa aku merasa seperti ada yang berbeda dengan malam tersebut.
Hujan masih terdengar berisik diluar sana bersama hembusan angin malam dan juga petir yang saling bersahutan.
Jam sudah menunjukkan pukul 12:13 dini hari. Nenek dan Kakekku sudah tertidur pulas di dalam kamar mereka. Sementara aku masih juga terbangun dan tidak bisa memejamkan mataku walau sedikitpun.
Ada yang mengusik ku, tiba-tiba salah satu anjing kepunyaan kakekku terdengar berlari dari teras depan menuju arah jalan. Anjing tersebut menyalak sambil berlari menuju jalan yang gelap. Aku langsung bangun dari ranjang, dan kemudian segera mengintip dari celah-celah tirai jendela kamar untuk mencari tahu apakah gerangan yang sedang terjadi.
Pada waktu yang bersamaan pula, tiba-tiba anjing tersebut berlari kembali menuju rumah kakekku dengan suara yang kecut seakan baru saja dikejar oleh sesuatu. Sementara anjing yang satunya (yang tadinya tidak ikut berlari) mulai berdiri dan menyalak keras ke arah jalan sewaktu teman nya itu berlari kecut menghampirinya.
Entah mengapa pada saat itu juga aku langsung menebak, bahwa di sana, di dalam gelap dekat jalan, ada sesuatu yang besar yang tidak dapat kulihat dengan kedua mataku. Entah itu karena malam yang gelap, dan ataukah itu hanyalah ilusiku, entahlah, aku masih berdiri penasaran mengintip dari balik tirai jendela.
Karena tidak mendapat jawaban dari rasa penasaranku itu, aku pun memutuskan untuk mengambil senter di dalam lemari kamarku. Kemudian kembali lagi menuju jendela untuk mengintip. Tetap saja tidak ada yang dapat aku lihat dengan senterku melainkan hanyalah malam yang gelap gulita dan mencekam, mungkin cahayanya tertahan oleh runtik-rintik hujan, begitulah dugaanku.
Ilustrasi (IDNTimes.com)
15 menit telah berlalu, kini kedua anjing milik kakekku itu sudah kembali terdiam, kini akupun menebak bahwa apapun itu yang berada di dalam gelap di luar sana sudah pergi menghilang dan menjauh. Kini saatnya aku harus tidur, karena di pagi besok aku harus bangun sholat subuh dan berada di bukit Tumba sebelum fajar datang.
Oh iya, aku lupa memberitahukan kepada kalian, bahwa aku adalah seorang youtuber. Tujuanku datang ke kampung kakekku ini ialah untuk membuat sebuah video dokumenter, dan tujuanku untuk mendatangi bukit Tumba ialah untuk merekam Sunrise dari atas sana, karena menurutku disana adalah spot yang paling terbaik untuk merekam Sunrise di desa ini.
Aku kembali berbaring di atas ranjang. Namun entah mengapa aku masih saja tidak bisa tidur. Hujan lebat kini sudah reda, yang tersisa hanyalah gerimis kecil yang terdengar lembut menghantam seng rumah. Kini jam telah menunjukkan pukul 01:17 dini hari.
Gimana kelanjutannya? Tunggu aja deh part selanjutnya.
Ilustrasi (blogunik.com)