Sejarah Kelam Jalur Pantura, Saksi Bisu Kerja Paksa Jalan Raya Paling Terkenal di Indonesia

Sejarah kelam Jalur Pantura. Saksi bisu kerja paksa jalan raya paling terkenal di Indonesia.

Jalur Pantura merupakan salah satu jalan raya terpenting di negeri kita. Disebut Jalur Pantura karena jalan raya ini membentang di sepanjang Pantai Utara Jawa.

Jalur Pantura biasanya digunakan untuk mudik dari Jakarta menuju kota-kota lain di Pulau Jawa. Biasanya sih setiap menjelang Lebaran atau hari libur penting lainnya. 

Bahkan setiap hari, Jalur Pantura juga gak pernah sepi. Selalu ada aja kendaraan yang hilir mudik dari satu kota ke kota lainnya. Hal ini menandakan betapa pentingnya Jalur Pantura meski punya sejarah kelam.

Jalur Pantura sendiri dibangun pada era kolonial silam. Jalur panjang ini dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Herman William Daendles yang menguasai Pulau Jawa kala itu.

Daendles memerintahkan untuk membangun jalan raya pos yang dalam bahasa Belanda disebut 'De Groote Postweg'. Tapi, pembangunannya dikerjakan oleh buruk kerja paksa. Oleh karena itu, Jalur Pantura menjadi saksi bisu kerja paksa dan banyak orang meregang nyawa karenanya.

Pada masa itu, pembangunan jalur ini membentang dari Anyer yang sekarang jadi bagian dari Provinsi Banten, hingga Panarukan yang jadi bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur. Pembangunannya sendiri ditujukan untuk kepentingan ekonomi dan militer Hindia-Belanda.

Daendles pengin masyarakat menggunakan jalur itu untuk mengangkut komoditas pertanian menuju pelabuhan atau gudang penyimpanan milik pemerintah kolonial. 

Jalur Pantura punya sejarah kelam dalam pembangunannya (sonenews.com)

Sementara untuk kepentingan militer, jalur ini difungsikan untuk memudahkan distribusi dan pertahanan militer Hindia-Belanda. Terutama dari serangan militer Inggris.

Atas dua alasan itu Jalur Pantura dibangun. Tapi ya pake sistem kerja paksa yang menyengsarakan banyak orang. Namun akhirnya berhasil diselesaikan juga bahkan hanya dalam satu tahun pembangunan, tepatnya pada 1808 silam. 

Segala urusan Hindia-Belanda di Pulau Jawa jadi lebih lancar.

Cuma konsekuensi logisnya adalah ... kematian para buruh kerja paksa saat membangun jalan raya paling terkenal di Indonesia itu. Jangan heran gengs kalo sistem kerja paksa emang kejam banget.

Tokoh sastra Indonesia Pramoedya Ananta Toer pun telah mengungkap catatan sejarah kelam tersebut.

Gubernur Jenderal Daendels (wikipedia.org)

Pram menyebut bahwa proyek pembangunan jalur yang kini dikenal sebagai Jalur Pantura itu adalah salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia di masa penjajahan. Setidaknya 12.000 orang dari kalangan buruh kerja paksa tewas selama pembangunan jalan raya tersebut.

Sementara Willard A Hanna, seorang penulis asal Amerika Serikat menulis hal serupa dalam bukunya "Hikayat Jakarta". Katanya, sosok Daendles dikenal sebagai figur tiran oleh penguasa lokal. Daendles adalah momok bagi petani.

Daendles juga disebut sebagai sosok pengkhianat oleh orang Belanda.

Di balik itu, ada kisah angker juga sih di Jalur Pantura yang terkenal seantero Indonesia Raya ini. Kisah angker ini tak bisa lepas dari kesaksian warga yang tinggal di kota-kota di sepanjang Jalur Pantura.

Proses pembangunan Jalan raya Pos atau Jalur Pantura (wikipedia.org)

Jalur Pantura dikenal memiliki riwayat sebagai jalur untuk geosida. Beberapa kisah mistis yang terjadi disebut-sebut tersebar di lima kawasan oleh para pengguna jalan, termasuk masyarakat di sekitarnya.

Lima kawasan itu di antaranya adalah hutan Alas Roban, jalur lingkar Pemalang, lintasan Kedungkelor, jalur Subang C, hingga jalur Jenu-Tuban. Banyak orang melihat penampakan makhluk halus di lima kawasan tersebut. 

Bahkan penampakan itu dituding jadi berbagai penyebab kecelakaan yang mengerikan juga.

Meski dianggap sebagai jalur yang sarat kejadian mistis, Jalur Pantura atau Jalan  Raya Pos, atau De Groote Postweg ini tetap menjadi jalur paling penting di Pulau Jawa dan Indonesia. Terlebih akan semakin ramai ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Nggak heran kalo Jalur Pantura angker juga (jawapos.com)

Dari dulu, jalur ini digunakan untuk keperluan ekonomi dan militer (wikipedia.org)

Jalur Pantura telah menghidupkan perekonomian Pulau Jawa dalam beberapa ratus tahun terakhir. Jalur dengan total panjang mencapai 1.316 kilometer ini tetap menjadi 'urat nadi' perekonomian negara.

Sayangnya, tahun 2020 ini pemerintah telah menetapkan untuk tidak melakukan mudik jelang Hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah. Hal ini terkait mengurangi penyebaran virus corona yang sedang dihadapi Indonesia. 

Semoga pandeminya cepat berakhir deh.

Jalur Pantura selalu ramai kendaraan setiap mudik Lebaran (tempo.co)