Begini Kisah Anak Mantan Wapres AS yang Gila Petualangan Hilang Secara Misterius di Papua, Dibunuh?

Begini kisah anak mantan Wapres AS yang gila petualangan hilang secara misterius di Papua. Dibunuh?

Gila petualangan sih boleh aja, asalkan kamu punya banyak uang dan waktu. Kalo kamu punya dua hal itu, kamu bisa deh jadi orang macem Michael Clark Rockefeller nih.

Cerita hidupnya menarik banget sih di jamannya. Tapi dari nama belakangnya aja kita bisa tau bahwa dia pasti anak dari keluarga Rockefeller yang terkenal itu di Amerika Serikat.

Dan bener dong, michael adalah anak bungsu dari Gubernur New York dan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Nelson Rockefeller. Mereka dikenal sebagai keluarga miliuner di Amrik sejak lama. 

Kalo gitu, Michael berarti cucu-cucunya yang kesekian dari John D. Rockefeller, salah satu orang terkaya yang pernah hidup di AS.

Nelson sebenernya pengin Michael ini mengikuti jejaknya untuk membantu mengelola bisnis keluarganya yang supertajir itu. Tapi Michael Clark Rockefeller adalah seraogn cowok yang punya jiwa artistik. Orangnya pun tenang. 

Michael sendiri adalah lulusan Harvard tahun 1960. Setelah lulus, dia pengin melakukan sesuatu yang lebih asik daripada sekadar duduk-duduk doang di ruang rapat. Berkat jiwa seninya, Michael memutuskan untuk mencari sebuah "primitive-art".

Hal ini disebut "seni primitif" karena merujuk pada istilah yang digunakan orang-orang untuk seni non-Barat, khususnya yang berasal dari masyarakat adat.

Demi menyenangkan hasratnya ini, Michael pun melakukan banyak perjalanan. Doi jalan-jalan ke Venezuela hingga Jepang selama berbulan-bulan. Setelah itu, Michael pun memulai ekspedisi antropologisnya ke tempat-tempat yang tidak banyak dilihat dan diketahui orang.

Michael Clark Rockefeller (imdb.com)

Suatu kali, cowok ini ngobrol-ngobrol dengan perwakilan dari Museum Etnologi Nasional Belanda. Michael ternyata pengin melakukan perjalanan menuju wilayah Nugini Belanda yang kini jadi wilayah Indonesia.

Michael pokoknya masih penasaran aja gitu untuk mengumpulkan seni dari Suku Asmat yang tinggal di sana. Akhirnya, Michael Clark Rockefeller bersama tim peneliti dokumenter pergi ke Nugini Belanda kala itu.

Di sana, orang-orang Suku Asmat sebenarnya belum pernah melihat orang kulit putih sama sekali. Padahal otoritas kolonial Belanda dan misionaris udah lama tinggal di sana. Karena kontak terbatas dan terisolasi, orang-orang Suku Asmat percaya wilayah di luar Tanah Papua dihuni oleh arwah.

Lantas, begitu orang-orang kulit putih ini datang ke Papua, orang Suku Asmat melihat mereka sebagai makhluk gaib.

Michael dan timnya yang baru tiba di Nugini Belanda pun jadi pusat perhatian Suku Asmat di Otsjanep, tempat salah satu komunitas utama Suku Asmat di Papua. Yap, meski Michael gak sepenuhnya disambut di pulau itu.

Michael Rockefeller, si anak horang kaya yang gila petualangan (nypost.com)

Suku Asmat kemudian memperbolehkan tim fotografi merekam. Tapi pihak Suku Asmat tidak mengizinkan peneliti kulit putih memebli artefak budayanya. Mengetahui hal itu, Michael mencoba 'biasa aja'.

Kala itu, perang antar-suku juga biasa terjadi. Michael pun udah mengetahui kalo pejuang Suku Asmat akan mengambil kepala musuh dan memakan daging mereka.

Dari petualangannya ke Nugini Baru itu, Michael mendapat banyak pengalaman baru. Cowok yang gila petualangan ini juga menulis rencana perjalanan selanjutnya untuk melakukan studi antropologis lebih rinci tentang Asmat. Dia juga masih pengin memajang koleksi seni Asmat di museum ayahnya.

Sekali lagi, Michael Clark Rockefeller berangkat ke Papua tahun 1961. Perjalanan keduanya ini lantas mengubah diri Michael seutuhnya.

Michael melakukan dua kali kunjungan ke Suku Asmat tahun 1960-an (threadreaderapp.com)

Kali itu, Michael ditemani oleh Rene Wassing, seorang antropolog pemerintah. Saat itu, kapal mereka hampir mendekati Otsjanep pada 19 November 1961. Namun tiba-tiba terjadi badai, kapal mereka pun terbalik.

Saat itu, jarak mereka ke pantai masih sekitar 12 mil lagi. Wassing sendiri masih bisa selamat karena menempel pada lambung kapal yang terbalik. Namun Michael berkata pada Wassing, "Saya pikir saya bisa melakukannya," dan kemudian melompat ke air.

Semenjak itu, Michael Clark Rockefeller tak pernah muncul ke permukaan. Dia menghilang secara misterius di dalam laut Papua.

Setelah mengetahui kabar ini, keluarga Rockefeller pun mengerahkan segala cara untuk mencari Michael. Pencarian dilakukan dengan kapal, helikopter, dan tim penyelam. Semua dikerahkan, tapi Michael gak pernah ditemukan.

Si anak konglomerat ketika berada di Papua (sosok.grid.id)

Penyebab kematian cowok gila petualangan yang supertajir ini dinyatakan akibat tenggelam. Namanya dinyatakan mati secara hukum tahun 1964.

Anak konglomerat dan mantan Wapres AS itu hilang secara misterius. Setelahnya muncullah sensasi dan rumor. Ada yang mengatakan kalo Michael dimakan ikan hiu saat berenang ke pulau. Beberapa lainnya percaya bahwa Michael dibunuh dan dimakan orang-orang Suku Asmat.

Sementara teori lain menyebutkan kalo Michael masih hidup dan tinggal di hutan Papua. Dia diyakini melarikan diri dari kurungan keluarga dan segenap kekayaannya.

Kasus menghilangnya Michael Rockefeller ini kemudian dibuka lagi. Tahun 2014 lalu, reporter National Geographic Carl Hoffman mengungkap dalam bukunya. Menurutnya, emang ada bukti kalo Michael sebenernya dibunuh Suku Asmat.

Michael pun dinyatakan telah meninggal pada 1964 (nypost.com)

Bukti ini diketahui pula dari misionaris yang telah lama tinggal di sana. Arahnya adalah tengkorak yang diklaim Suku Asmat miliki Michael. Sayangnya, laporan itu dikubur dalam file rahasia dan tidak pernah diselidiki lebih lanjut.

Kabar ini bahkan tidak disampaikan oleh Belanda. Belanda bahkan kehilangan separuh dari pulau itu ke Indonesia tahun 1962.

Ada yang bilang Michael masih hidup bersama suku di Papua (boredomtherapy.com)