Nggak Manusiawi, Korea Utara Pakai Mayat Manusia sebagai Pupuk, Caranya Bikin Geleng Kepala!

Wah, Korea Utara memanfaatkan mayat manusia sebagai penyubur tanah. Caranya ngeri gengs!

Korea Utara emang dikenal sebagai negara sensasional dan kontroversial. Negara paling beda itu kabarnya memakai mayat manusia sebagai penyubur tanah alias pupuk. 

Hal ini diungkapkan oleh mantan tahanan di Korea Utara. Orang yang pakai nama samaran Kim Il-soon itu menceritakan praktik ngeri setelah selamat dari kamp konsentrasi Kaecheon. Kamp tersebut berlokasi di Pyongyang. 

Nah, konon para penjaganya menganggap kalo metodenya sukses. Kim Il-soon mengatakan, penggunaan mayat ini pun disarankan untuk dipraktikan di tanah pegunungan sekitar kamp yang kurang subur. Duh ngeri dong!

Melansir Daily Mail, kesaksian Kim Il-soon muncul waktu Korea Utara udah menghadapi kecaman internasional. Kecaman tersebut dikarenakan mereka meningkatkan tes misil di tengah krisis pandemi corona.

Mayat-mayat yang digunakan sebagai pupuk ini dikuburkan secara merata. Mayat tersebut dulunya ada tahanan politis. Kim Il-soon menegaskan, "Beberapa penjaga mengatakan kalo mereka harus mengubur mayat secara merata di seluruh tanah sehingga akan membuahi seluruh area."

Kim Jong-un (dailymail.co.uk)

Ada cerita mengerikan lagi. Suatu hari, seorang anak lagi buang air kecil di gunung dan melihat lengan keluar dari tanah. Bisa jadi dikarenakan pihak Korea Utara kurang baik dalam mengubur mayat-mayat itu. 

Dalam laporan, tahanan yang udah mati hanya dibaringkan di lubang dangkal. Cuma ditutupi sama lapisan tanah tipis. Menguburnya sangat terburu-buru. Kalo ada banyak yang meninggal, pastinya mereka bakal dikubur masal di lubang galian yang sangat besar. 

Di atas tanah kuburan itu, maka ditanami sayur-sayuran.  Nah, sayuran yang udah tumbuh dikasih ke para penjaga kamp dan keluarga mereka. Ada kubis, lobak, dan bayam. 

Kamp konsentrasi Kaechon sendiri dikenal menahan antara 2000 hingga 6000 tahanan. Lee Soon-ok, seorang mantan tahanan lain, sempat menceritakan di tahun 2002 kalo tahanan di sana bekerja 18 jam sehari, berbagi satu toilet untuk 300 orang, dan makan tikus mentah.

kamp Kaechon (dailymail.co.uk)

Menurut bukti-bukti yang dikumpulkan oleh The Comitee for Human Rights in North Korea, memang nggak ada tanda-tanda adanya fasilitas kremasi di kamp. Jadi tampaknya, kesaksian soal mayat sebagai pupuk emang benar adanya.

Greg Scarlatoiu sebagai direktur HRNK mengungkapkan, " Ini adalah rezim yang telah melestarikan dirinya sendiri dengan melakukan tindakan kekejaman yang tak terbayangkan terhadap rakyat Korea Utara."

Menurutnya, di tengah krisis wabah corona Covid-19 di seluruh dunia, rezim Kim Jong-un malah tetep sibuk melakukan kejahatan kemanusiaan pada rakyatnya sendiri.

Kim Il-soon sendiri dinaungi The Comitee for Human Rights in North Korea. Dia muncul setelah berhasil melarikan diri ke Seoul, Korea Selatan.

Kim Jong-un (sindonews.com)