Sedang hits nih cerita hantu bersambung yang judulnya "Petaka di Cemara Timur". Diketahui cerita ini berasal dari akun Instagra @ardeks yang sampai booming.
Oiya perlu diingat, Kisah dan foto ini berdasarkan 50% kejadian nyata, 30% fiksi, dan 20% asumsi. Demi menghormati privasi warga setempat, bagi yang tahu soal lokasi aslinya, mohon untuk tetap merahasiakannya ya.
Bu Rahmi telah menceritakan semua yang ia tahu. Beberapa kali ia menyebutkan keterlibatan Pak Basit dengan sang pemilik rumah hijau. Aku berniat menanyakan hal itu kepada Pak RT. Bagaimanapun, keselamatan Pak Basit juga menjadi tanggung jawabnya.
Kukira pembicaraan kami sudah berakhir sampai Bu Rahmi berkata, "Emm...rumah Mas berarti kosong ya ini? Dikontrakin nggak, Mas?"
.
Apakah aku tidak salah dengar? Ternyata Bu Rahmi berminat mengontrak rumahku. Padahal kami tahu, rumahku sudah lama terbengkalai dan rusak cukup parah.
"Kenapa, Bu? Rumah saya kan jelek. Udah gitu agak angker pula," kupakai kata "agak" karena sebenarnya aku berharap dia jadi mengontrak.
"Semua rumah pasti ada gaibnya, Mas. Angker tidaknya tempat itu tergantung niat penghuninya. Kalau niatnya nggak baik, suasananya ya jadi begitu," ujarnya.
Ilustrasi (APKPure.com)
Dia juga berjanji akan memperbaiki kerusakan di rumahku asal diberi keringanan biaya. Tentu saja aku setuju. Akhir pekan ini, dia mulai pindah ke rumahku karena kontrakan lamanya sering kebanjiran.
Hari itu juga aku pulang ke rumah untuk bersih-bersih agar nanti Bu Rahmi tak kerepotan. Sorenya, aku berkunjung ke rumah Pak RT.
Setelah berbasa-basi sebentar, aku mulai bertanya soal kejadian 2 bulan lalu. "Bapak pernah liat atau denger yang aneh nggak dari rumah saya? Teriakan atau apa gitu?" tanyaku.
Reaksinya sedikit terkejut. Mungkin tak menyangka aku mengetahuinya. Karena kepalang basah, dia pun bercerita.
.
"Sebelumnya, saya minta maaf, Mas karena baru ngasih tahu sekarang. Keluarga itu memang bermasalah sejak lama, tapi kami semua bungkam."
.
Dia mengaku beberapa kali memergoki Pak Basit memukuli anaknya dengan sapu. Ketika ditegur, Pak Basit malah semakin mengamuk. "Saya yakin dia kesurupan," lanjutnya.
Dugaan ini muncul karena dia tahu Pak Basit pernah berkawan dekat dengan Pak Wongso. Dia sendiri pernah bertamu ke sana.
.
"Mewah Mas, dalemnya. Tapi entah kenapa saya gak betah. Gerah banget, padahal pake AC. Apalagi dia sering pamer kesaktian. Ayam-ayam bisa nurut sama dia lho Mas, pada baris rapi!" tuturnya setengah berbisik.
Meski percaya dan sering diisengi makhluk tak kasatmata, aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang berbau takhayul. Aku tidak yakin penyakit Pak Basit ada hubungannya dengan si pemilik rumah hijau.
Maka siang itu, waktu berkunjung lagi ke Cemara Timur, aku tidak terlalu memerhatikan rumah hijau di balik hutan. Aku datang untuk menengok pengontrak baru di rumahku, Bu Rahmi.
Dia sudah seminggu tinggal di situ. Aku ingin tahu apakah semuanya baik-baik saja. Bu Rahmi dan suaminya belum punya anak. Jadi, hanya mereka berdualah yang menyambut kedatanganku siang itu.
.
"Gimana, Bu? Aman?" ujarku sembari meringis. Tanpa terucap, kami sama-sama tahu bahwa kata "aman" ditujukan pada keberadaan hantu atau semacamnya.
.
"Ya, biasa aja, Mas. Kemarin romo sempet ke sini," katanya.
Pengontrak rumahku kali ini beragama Katolik. Jadi, mereka mengaku sempat mengundang pemuka agama untuk memberkati rumah.
Kata Bu Rahmi, orang yang dipanggil romo itu langsung memperingatkan warga ketika dia tiba. "Acara belum dimulai, masa dia langsung ngomong gini, Mas, 'Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, banyak-banyak berdoa ya kalau tinggal di daerah sini," kata Bu Rahmi menirukan sang romo.
Namun, dia tidak menyebutkan alasannya. Bu Rahmi menebak romo itu melihat "sesuatu" dalam perjalanan ke rumahku.
Ilustrasi (Barron's.com)
Mendengar cerita Bu Rahmi dan suaminya, aku jadi cukup tenang meninggalkan mereka tinggal di sini. Sepertinya mereka orang baik dan tangguh. Menjelang sore, aku pun mohon diri.
Di Jakarta, aku kembali pada rutinitas dan sedikit melupakan persoalan di Cemara Timur. Namun tepat malam harinya, aku kembali bermimpi.
Aku berada di jalan setapak menuju sebuah rumah besar. Suasananya nyaman dan sejuk. Namun begitu berjalan mendekati pintu, langit mendadak menggelap. Bunyi petir menggelegar tanpa hujan.
Di depanku, pintu terbuka sedikit. Tangan terjulur dari baliknya. Panjang sekali sampai menggapai pundakku. Dan suara itu terdengar lagi. "Mas, tolong!"
.
Tiba-tiba rumah kayu di depanku berubah menjadi istana megah berwarna hijau, persis seperti yang berada di Desa Cemara Timur.
Waduh kok bisa berubah gitu, apakah ini sulap ataukah ini asli? Pengen tahu kelanjutan Cerita Hantu Bersambung: Petaka di Cemara Timur? Tunggu part selanjutnya.... Part 9
Ilustrasi (Pinterest)