Teror Klitih, Live Action Crows Zero Ala Jogjakarta Biar Dianggap Jagoan!

Anak jaman sekarang, bukannya belajar malah bacok orang sembarangan. Haduh!

Klitih dari Jogjakarta jadi trending topik nasional belakangan ini. Selain orang Jogja, kata Klitih pasti terdengar asing. Malah banyak yang ngira kalau itu sejenis makhluk halus. Jogja sedang diteror semacam makhluk halus.

Klitih sendiri sebenernya beda juga sama begal. Aksi bacok secara random dilakukan bukan karena mau merampok korban. Ya pelakunya itu random aja bacok orang di jalan.

Aksi klitih ini banyak dikaitkan dengan geng antar sekolah di Jogja. Kebanyakan pelaku yang tertangkap masih anak-anak di bawah umur.

Di Jogja banyak geng pelajar, ya ada SMA, SMK hingga SMP segala. Kayak kalau kamu baca komik atau film Jepang yang ada geng antar SMA. Nah, klitih terjadi salah satunya karena alasan kayak gitu.

Hampir semua sekolah menengah atas (SMA) di Yogyakarta mempunyai tradisi untuk memiliki kelompok sendiri. Geng antar SMA ini biasanya juga ikut tawuran antar sekolah. Lama-lama banyak sekolah  punya geng juga. 

Sampek di Jogja, ada kebijakan mengganti bet nama sekolah dengan bet umum bertuliskan "Pelajar Kota Yogyakarta". Berlaku bagi semua SMA di Yogyakarta.

Kebijakan ini dilakukan biar gak ada tawuran lagi. Minimal berkurang gitu. Soalnya kalau udah pada tawuran anak-anak SMA itu jadi saling bermusuhan dan dendam sama anak sekolah lain.

Ngeri kan? Nyata kayak di film-film gengster sekolah.

Klitih awalnya cuma merupakan sebuah aktifitas keluar rumah dimalam hari tanpa tujuan atau dalam bahasa Indonesia disebut keluyuran. Tapi sekarang malah jadi aksi teror.

Klitih berawal dari geng antar sekolah (Instagram @agus_wijaya30_)

Nah, dah paham kan apa itu klitih? Bukan hantu kok, lebih serem dari itu malah.

Klitih ini bertujuan untuk melukai korbannya sampai menghilangkan nyawa seseorang dengan benda tajam. Seperti pisau atau samurai. Korbannya gak bisa diprediksi polanya, karena merekamilih korban dengan cara random. Asal aja gitu.

Sejak tahun 2016 sampai 2017 terekam ada 8 aksi klitih. Memang kebanyakan korban dan pelaku adalah anak-anak sekolah.

Menurut Sosiolog Kriminalitas, Universitas Gajah Mada (UGM),

Soeprapto menyebutkan kekerasan remaja terjadi karena pengaruh

lingkungan sosial yang salah.

Klitih saat ini yang bermakna negatif di masyarakat Yogyakarta.

Jadi aksi kenakalan remaja yang pada saat mereka beranjak

dewasa dan ingin menunjukkan eksistensinya di masyarakat, dianggap berani.

Klitih korbannya random banget (qns.com)

"Nih aku jagoan udah berani bacok orang dan meresahkan warga."

Gitu kali ya menurut mereka. Dikira lagi main film Crows Zero ala Yogkakarta.

Istilah klitih yang dulu hanya berarti keluyuran atau keluar rumah saat malam hari, kini jadi aksi kriminal. Karena menimbulkan korban hingga membawa dampak kematian.

Para orang tua diharapkan bisa memberikan pengertian dan pendampingan bagi anak-anaknya. Agar mereka tidak terjerumus ke dalam pengertian yang salah. Peranan keluarga sangat penting selain juga ada proses hukum yang baik. Bagi para pelaku yang masih anak-anak.

Aksi klitih biar dianggap jagoan (addictedtomoviez.blogspot.com)