Sersan Byun Hui-su sekarang memohon agar diizinkan untuk melanjutkan dinasnya setelah kesimpulan dari panel militer bahwa operasi kelamin yang ia lakukan dapat menjadi alasan pemecatan, seperti yang dilansir dari laman Time.
Kasus Byun merupakan pertama kalinya dalam sejarah militer Korea Selatan. Panel yang berisi petinggi militer akhirnya memutuskan untuk mengakhiri layanan prajurit karena prosedur penggantian kelamin.
Meskipun saat ini tidak ada undang-undang khusus terhadap tentara yang menjalani pergantian kelamin selama pelayanan, orang-orang transgender memang dilarang bergabung dengan militer Korea Selatan.
Laporan militer mencatat dalam sebuah pernyataan yang muncul selama proses penentuan keputusan, yang menurut catatan tersebut didasarkan pada "hukum militer terkait tentang perubahan personil."
Para pejabat juga mengutip aturan yang memungkinkan militer untuk "melepaskan personil dengan fisik atau cacat mental" dalam sebuah kondisi yang tidak disebabkan oleh pertempuran atau diperoleh dalam menjalankan tugas.
Byun, yang bertugas sebagai pengemudi tank militer, sejak keputusan tersebut muncul meminta para pemimpin militer untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka dan mengizinkannya untuk melayani sebagai seorang prajurit wanita.
Prajurit transgender Korea pertama dipecat dari dinas militer (gritdaily.com)
Pada konferensi pers, dia mengatakan bahwa itu adalah impian masa kecilnya untuk menjadi seorang prajurit.
"Terlepas dari identitas seksual saya, saya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa saya bisa menjadi salah satu prajurit hebat yang melindungi negara ini," kata Byun emosional seperti dikutip. "Tolong beri aku kesempatan itu."
Byun mengungkapkan bahwa dia menderita depresi karena identitas seksualnya sebelum keputusannya menjalani operasi penggantian kelamin di Thailand pada bulan November.
Untuk membuktikan kemampuan dan kesungguhannya menjadi tentara, Byun mencatat bahwa di antara sersan staf batalionnya, ia menduduki peringkat teratas dalam penilaian resmi keterampilan mengemudi tank dengan mendapatkan skor tertinggi.
Sementara itu, pemimpin Pusat Hak Asasi Manusia Militer, Lim Tae-hoon, juga berbicara pada konferensi pers yang sama, mengutuk justifikasi hukum tentara karena memberhentikan Byun.
“Saya tidak bisa menahan perasaan celaka pada pola pikir militer yang vulgar,” kata aktivis hak tersebut.
Prajurit transgender Korea pertama dipecat dari dinas militer (stripes.com)