Aksi unjuk rasa Tritura masih dikenang hingga saat ini. Kisah Soe Hok Gie dan buku-bukunya masih hidup. Rekaman sejarah yang terus menjadi bahan kajian dan renungan.
Aksi yang dipelopori pemuda waktu itu mampu membuat kekuasaan pemerintah limbung. Aksi berani mahasiswa berhasil mengubah wajah Indonesia.
Aksi Unjuk Rasa Tritura Terjadi
Pergerakan pemuda yang dimotori pelajar dan mahasiswa di tahun 1966 menunjukkan bahwa rakyat juga punya kekuasaan.
Sebelum aksi unjuk rasa Tritura terjadi peristiwa kelam 30 September 1965. Rencana kudeta oleh anggota dan pemimpin PKI (Partai Komunis Indonesia). PKI melakukan pembunuhan brutal terhadap pimpinan tertinggi militer di Lubang Buaya, Jakarta. Korbannya dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.
Setelah itu harga bahan-bahan pokok melambung tinggi. Diikuti oleh harga BBM yang naik drastis. Hal ini sangat menyulitkan masyarakat dan mahasiswa kala itu. Ekonomi Indonesia kian terpuruk waktu demi waktu. Menjadi bibit aksi unjuk rasa Tritura terjadi.
Pemerintahan Sukarno dan kabinet Dwikora tak mampu mengatasi kegaduhan negeri. Kepercayaan kepada Sukarno kian tergerus. Kabinet 100 menteri dinilai terlalu gemuk. Isu Sukarno yang membela PKI membuat rakyat semakin tak sabar.
Unjuk Rasa Tritura Terjadi (Instagram @bem_stiemp)
Para mahasiswa dan pelajar dari Jakarta sampai ke seluruh penjuru di tanah air bergerak. Melakukan aksi dengan turun ke jalan dan menyampaikan pernyataan ke kantor pejabat pemerintahan. Aksi unjuk rasa tritura terjadi.
Tidak hanya mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Pelajar SMP dan SMA bersama organisasi Pemuda berhimpun dalam Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) juga turut serta.
Mereka mulai bergerak dan menyerukan aksi unjuk rasa Tritura terjadi pada 10 Januari 1966. Bermula dari Universitas Indonesia (UI). Semua menuju menuju ke kantor Departemen Dalam Negeri (Depdagri). Sebutan Kemendagri waktu itu.
Aksi unjuk rasa tritura terjadi. Delegasi menyampaikan tuntutan kepada Pemerintah melalui Wakil Perdana Menteri (Waperdam) iii, Chairul Saleh. Menyampaiakn Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat.
Kekuatan pelajar dan mahasiswa (Instagram @neheilwan)
Gelombang demonstrasi mencapai puncaknya pada 12 Januari 1966. Ribuan mahasiswa bergerak ke Gedung Sekretariat Negara untuk memprotes kenaikan harga. Mereka juga mendesak pemerintah agar meninjau kembali aturan baru terkait ekonomi. Bayangkan saja, waktu itu harga bahan pokok naik 200 hingga 500 persen dalam waktu satu minggu.
Tuntutan demonstran yang tidak segera dipenuhi, kemudian berubah menjadi desakan agar Bung Karno turun. Presiden Sukarno akhirnya merombak kabinet pada 21 Februari 1966. Hingga akhrnya turun perintah super semar dan beliau lengser.
Ekonomi terpuruk (business-review.eu)